Bab 340: Beban dan Kepentingan (Bag 2)
Setelah menjual sebagian besar harta yang ku ambil dari suku Spear Beak, aku pergi dari gedung Ascenders Association dan menghindari pertanyaan menyelidik dari high-mage, lalu langsung menuju kampus Central Academy, untuk bertemu dengan orang yang telah dijanjikan dan menemukan tempat tinggalku, yang kuharap tenang dan bebas dari mata yang menyelidik.
Gerbang besi hitam telah terbuka dengan sendirinya ketika aku mendekat. Diluar, trotoar pinggiran jalanan kota dibuat kecil agar jalan setapak disampingnya lebih lebar yang dibatasi oleh pagar-pagar pendek.
Dinding batu putih setinggi 15 kaki mengelilingi kampus, mengelilinginya dan membuatnya terpisah dari kota. Gerbang terbuka menuju ke alun-alun setengah lingkaran, di mana terdapat tiga jalur bercabang menuju gedung sekolah yang berbeda.
Lusinan pria dan wanita muda berseragam hitam dan biru dari Central Academy berkerumun di sekitar alun-alun, beberapa mengobrol dengan bersemangat sementara yang lain duduk dengan tenang di bangku atau di halaman berumput di antara pagar tanaman. Beberapa menunjukkan pandangan penasaran terhadapku, dan aku menyadari bahwa Briar benar: Aku mengenakan pakaian yang sederhana, bahkan lebih menarik perhatian daripada seragam perang lengkap.
Tepat di seberang alun-alun dari gerbang terdapat Kantor Administrasi Siswa, kompleks seperti kastil dengan lusinan puncak dan menara yang tampak menjulang di atas pintu masuk kampus. Jalan tengah dari alun-alun langsung melewati gedung ini, di bawah terowongan melengkung yang diterangi bola lampu terang yang tergantung di atap.
Seorang wanita berjubah putih ketat sedang berdiri di luar terowongan, matanya melihat ke sekeliling seolah mencari seseorang.
Saat aku mendekat, berjalan menuju pintu masuk terbuka ke kantor, mata kuningnya melihatku, memperhatikanku dari atas ke bawah beberapa kali. Rambut pirangnya jatuh bergelombang di atas bahunya, memantul berlawanan arah gravitasi ketika dia melompat di tempat sebelum melangkah cepat ke arahku.
'Rambutnya bukan satu-satunya hal yang melawan gravitasi ...' kata Regis sugestif. 'Jika kau mati, bisakah dia menjadi tuan baruku?'
Kenapa menunggu? Jawabku, mendorongnya dengan aether-ku seolah-olah aku bermaksud mengusir serigala bayangan itu dari tubuhku.
'Hei!' Regis menggerutu. "Tidak perlu cemberut."
Wanita itu membungkuk dangkal saat kami mendekat. "Pakaian polos, mata indah, terlalu muda... kau pasti profesor Melee Enhancement Tactics (Matkul Pertarungan Jarak Dekat) level satu kami yang baru, kan?" Dia berseri-seri melihatku. “Aku Abby dari Blood Redcliff. Aku mengajar beberapa pelajaran tentang sihir angin tingkat yang lebih tinggi bagi Caster.”
"Um, halo," kataku, terperangah oleh keterusterangannya. "Aku tidak menyangka—"
“Adanya penyambutan?” katanya sambil tertawa bahagia. “Yah, pria pemalu sepertimu mungkin tidak ingin mendengar ini, tapi kau sudah cukup terkenal di sekitar sini.”
Sialan kau, Alaric, pikirku kesal.
“Ngomong-ngomong, aku hanya benar-benar ingin menjadi orang pertama yang bertemu denganmu, setelah semua hal yang kudengar.” Dia memberiku senyum menawan, memutar-mutar seikat rambut emasnya di sekitar jarinya. "Apa kau benar-benar memutuskan rantai pengekang saat di persidanganmu?"
“Maaf, aku sudah terlambat untuk menemui orang yang dijanjikan denganku di bagian administrasi,” kataku kaku, melangkah mengitarinya dan berjalan menuju pintu.
Tangan yang sangat kuat menggandeng sikuku. “Mungkin akan sedikit sulit saat pertama kali disini. Aku akan dengan senang hati membantumu, Grey. Kabari saja aku, ocey,?"
Dengan mengedipkan mata, rekan profesorku melepaskanku dan berbalik.
Perhatianku teralihkan saat aku berjalan ke kantor administrasi dan mengumumkan diriku kepada salah satu pegawai muda di meja depan. Dia memberiku petunjuk ke kantor lantai empat di mana teman Alaric dapat ditemukan, memberiku seringai bingung ketika aku mengakui bahwa aku perlu mendengar instruksi lagi.
'Kau baik-baik saja, bos? Apa yang membuatmu begitu bingung?’
'Pertama kepala Asosiasi Ascenders, lalu profesor di sini...Kita mendapat terlalu banyak perhatian, Regis.'
'Kau sedang berpikir untuk mengabaikan dan lari.' Itu bukan pertanyaan karena dia bisa membaca pikiranku.
'Tidak…ya…tidak tahu, ku akui. Aku tidak suka merasa terjebak.'
Regis tertawa terbahak-bahak di pikiranku. "Kau baru saja menghabiskan tiga minggu di penjara."
'Batu dan jeruji tidak menahanku. Aku memilih untuk tinggal, biarkan itu terjadi. Aku mencoba untuk menghindar dari menarik terlalu banyak perhatian.'
"Lalu bagaimana perkembangannya?"
'Hampir seperti Acclorite yang diberikan oleh Wren Kain padaku,' aku menjawab dengan seringai, menaiki tangga tiga sekaligus ke lantai empat.
“Aku merasa tersindir. Kau tahu, aku akan tidur siang. Bangunkan aku ketika Kau merasa kurang berbisa, oke, princess?'
Terlepas dari percakapanku dengan Regis—atau mungkin karena itu—aku merasa lebih baik saat mengetuk pintu kantor dari seorang pria bernama Edmon dari Blood Scriven, pegawai tingkat menengah di kantor administrasi.
Suara gugup mengundangku ke kantor yang tidak akan terlihat aneh di salah satu film detektif lama dari duniaku sebelumnya. Artefak pencahayaan yang tergantung di langit-langit berkedip-kedip dan suram, memancarkankabut abu-abu di atas kantor kecil itu, termasuk meja sederhana yang ditumpuk dengan perkamen dan gulungan dengan pria yang membungkuk di baliknya.
"Tutup pintunya," katanya tidak sabar, matanya yang berair memperhatikanku saat aku melakukannya sebelum aku duduk di kursi usang di seberangnya.
"Edmon, aku—"
"Aku tahu betul siapa dirimu," bentak pria kurus pucat itu sambil menyeka hidungnya dengan lengan jubah cokelatnya. “Apa yang dia pikir sedang dia lakukan, memaksamu masuk ke sini, aku bersumpah demi Vritra, aku tidak tahu …” pria itu menggerutu pelan, seolah tidak menyadari bahwa aku masih bisa mendengarnya.
Kami saling melotot sejenak sebelum aku menghela nafas panjang. "Apa yang perlu ku ketahui, Edmon?"
Dia mengendus dan menyeka hidungnya lagi saat dia mengacak beberapa gulungan di atas mejanya. “Setelah kau menandatangani kontrak, Kau akan memiliki jadwal dan kurikulummu, dan melanjutkan perjalananmu. Setelah kau meninggalkan kantor ini, aku sangat berharap untuk tidak melihatmu lagi selama sisa masa jabatanmu di sini.”
Berdasarkan permusuhan terbuka pria itu, aku hanya bisa berasumsi bahwa kesepakatannya dengan Alaric kurang lancar.