Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 294 (Bag 2) Bahasa Indonesia

 

Bab 294: Secuil Harapan  (Bag 2) 

Saat dodecahedron berputar, tayangan Haedrig, Ada, dan aku yang berdiri sendirian di reruntuhan aula kembali terlihat. Dalam versi masa depan itu, aku mulai menggunakan aether pada sebuah cermin yang masih utuh dan di huni ascender yang terperangkap di dalamnya.

Seperti di tayangan sebelumnya, retakan dan goresan di cermin mulai menghilang seolah-olah memperbaiki dirinya sendiri. Kemudian, satu per satu, para ascender menghilang. Ketika mereka semua telah dibebaskan dari penjara mereka, cahaya di dalam ruangan berubah secara halus, menjadi lebih hangat, dan sebuah portal muncul di dalam salah satu bingkai kosong.

Namun, dalam versi masa depan itu, yang lainnya tetap mati.

Kenapa? Aku bertanya-tanya dengan ketakutan. Apa perbedaan antara kedua visi masa depan ini? Apa yang harus ku lakukan?

Kemudian proyektor masa lalu, masa kini, dan masa depan memudar, dan tiga bentuk yang telah ku buat di dalam alam keystone mulai runtuh menjadi aliran pasir ungu yang berputar di sekelilingku dengan hembusan angin yang tidak dapat ku rasakan. Segera aku terperangkap tornado aether, dan pikiranku terasa terkikis oleh gambar-gambar yang berputar-putar.

'Ini terlalu cepat!' kepanikan menguasaiku. Aku belum memahaminya!

Rasa sakit dan tekanan meningkat dan terus bertambah hingga aku yakin badai itu akan menghancurkan pikiranku, merenggut kesadaranku dari tubuhku, dan membuangnya ke dalam kehampaan…

Lalu hilang. Sebagai ganti rasa yang menyakitkan itu, aku merasakan kesegaran dan ketenangan, seperti baru selesai mandi air dingin di hari yang panas.

Aku membuka mataku. Menstabilkan mental ku, begitu nikmat hingga sesaat aku lupa apa yang terjadi di sekitarku.

'Arthur!'

Butuh beberapa saat bagi suara Regis untuk terdengar dalam kebingunganku yang berkabut. Apakah itu datang dari masa lalu, sekarang, atau masa depan? Aku merasa seolah-olah waktu itu sendiri tidak ada artinya, dan samar-samar bertanya-tanya apakah ini yang dirasakan para ascender yang terperangkap di dalam cermin.

Ascender yang terperangkap ... Pikiran itu menggangguku. Aku telah melihat mereka dalam visi masa depan… atau apakah itu masa kini? Dan kemudian ada ascender berdarah Vritra, Mythelias… Dia telah melarikan diri — atau dia akan melarikan diri? Aku tidak bisa membedakannya.

Ruangan itu bergetar ketika, Kalon yang berdiri diseberang air mancur melepaskan mantra energi listrik-nya, energi itu menghantam Mythelias dari beberapa arah sekaligus, membakar tubuh Riah hingga hampir menjadi abu dan bayangan afterimage  (krjadian selanjutnya) muncul sekilas dalam pikiranku.

Aku berkedip cepat, merasa bahwa aku harus melakukan sesuatu untuk mengatasi kebingungan ini.

Kalon menerjang ke arah Mythelias, mencoba menggunakan efek dari serangan dahsyatnya untuk mengarahkan tombaknya yang membara menusuk jantung ascender berdarah Vritra itu. Pada saat yang sama, Haedrig memotong rendah, menyasar kaki Mythelias di bagian lutut.

Namun dia sudah bersiap untuk itu.

Daging di sekitar lututnya menggelembung ke luar lalu mengeras, menjebak pedang Haedrig dalam benjolan hitam beku. Di tangan Mythelias, tombak Ezra diayunkan dengan kuat, mengenai Kalon dan menerbangkannya seperti serangga.

Sentakan adrenalin menghantamku seperti sambaran petir saat aku melihat Kalon terbang, menabrak bingkai salah satu cermin, dan terlempar ke dalam kehampaan. Dia sudah hilang.

Mythelias yang berwajah Riah mencibir pada Haedrig. "Kau bajingan lesser rendahan berpikir bisa melawanku." Kata-kata keluar di antara bibirnya yang kaku dan hitam, sama sekali tidak terdengar seperti Riah. “Kau bahkan tidak dapat memahami kehormatan yang ku berikan kepadamu. Pada zamanku, hanya pejuang hebat yang mati di tanganku ... "

'Arthur!' Regis berteriak lagi di kepalaku. Dia ada di dalam diriku, aku menyadarinya. Aku bisa merasakan kehadirannya yang melemah, pikirannya, kepanikannya yang luar biasa. Dan aku bisa merasakan rune Destruction membara seperti api, memohon untuk dilepaskan dan menyadarkan kebingungan dan ketidakpastian terakhirku.

Di depanku, Mythelias dengan santai mengulurkan tangan ke arah Haedrig, yang mencoba mundur ke belakang tetapi terpeleset darah dan menghantam tanah dengan kuat. Cukup mengagumkan, ascender veteran itu tampak tenang bahkan ketika menghadapi kematian.

Saat jari-jari bengkak itu menjangkau ke arah temanku, aku mengangkat tanganku sendiri dan memanggil api ungu. Kepala Mythelias tersentak saat dia merasakan kekuatanku, dan dengan kecepatan yang menakjubkan dia mengayunkan tombak ke belakang dan meluncurkannya seperti misil yang diarahkan langsung ke tenggorokanku.

Tombak itu melambat sampai tampak seperti hanya melayang di udara. Wajah mati Riah berubah menjadi geraman kebencian, diam seperti lukisan. Haedrig berbaring telentang di kaki Mythelias, satu tangan terangkat berharap menggagalkan lemparan yang telah diluncurkan ke arahku.

Tanpa membuang waktu, aku melihat jaringan getaran aetheric antara Mythelias dan aku; yang harus ku lakukan hanyalah fokus pada itu dan mengaktifkan runeku, dan aku melewati jarak dengan God Step, muncul di antara Haedrig dan Mythelias, kekuatan Destruction masih ada di tanganku.

Dunia kembali bergerak, dan aku melihat tombak itu terbang ke kejauhan. Mata Mythelias melebar karena terkejut, masih fokus ke tempatku berada sebelumnya, berputar dengan kecepatan luar biasa, tangannya mengarah ke arahku seperti ujung belati beracun.

Tapi itu tidak cukup cepat.

"Terbakarlah," perintahku, dan nyala api yang kelaparan keluar dari tinjuku menjadi pusaran api penghancur ungu murni yang dipicu oleh aetherku.

Api kehancuran menyelimuti tubuh RiahMythelias yang merasukinya berteriak kesakitan, berbalik dan menahan api itu, kekuatannya menyebabkan cangkang hitam yang keras mulai terbentuk di seluruh tubuhnya.

Bahkan saat dia terbakar, dia berteriak, "Aku adalah Mythelias Dresdium — putra dari Sovereigns — dan aku — menolak — untuk—"

"Mati," kataku dingin.

Api ungu melahap gumpalan hitam itu dan menghanguskan jasad, membakar habis lebih cepat dari kemampuan regenerasi Mythelias.

Saat aku melihat tubuh gadis yang baik hati — gadis yang memilih membawa permen saat ascent daripada ransum — hancur, aku hanya merasakan aliran kekuatan, pengetahuan bahwa, dengan Destruction atas perintahku, aku bisa mengalahkan apa pun. Bahkan Agrona tidak akan bisa melawan kekuatan penghancur aether ini.

Pembakaran terus berlanjut sampai tidak ada abu yang tersisa, tetapi ketika tubuh Riah hilang, Api kehancuran tetap ada. Aku merasakan kekuatan itu menarikku, ingin melahap lebih.

Aku mengepalkan tangan dan menggertakkan gigiku saat aku mencoba memadamkan api yang tersisa, yang telah menyebar ke lantai batu dan dengan cepat melahapnya, menghabiskan sebagian besar cadangan aetherku.

Sebuah gumpalan api ungu meletus dari tangan kananku, mendidihkan air di dalam kolam air mancur dan membuat dua bangku rusak terbakar. Di sekitarku, bara ungu melayang di udara, dan apa pun yang mereka sentuh ikut terbakar.

Itu terlihat indah.

Kemudian percikan mendarat di kaki Haedrig.

Dia akan terbakar, aku tahu, seperti yang lainnya. Kalon, Ezra, Riah, AdaHaedrig. Mereka semua adalah korban tak terhindarkan, nyawa mereka adalah harga yang harus ku bayar untuk sampai sejauh ini.

Tidak! Itu salah, aku tahu. Itu kekuatan Destruction yang berbicara, bukan aku!

Aku melihat kembali masa depan yang aku saksikan di dodecahedron: aula cermin hancur, tidak ada apa-apa selain abu yang tersisa dari temanku. Itulah yang akan terjadi jika aku tidak bisa mengendalikan Destruction. Pada akhirnya, itu akan menghabiskan segalanya. Bahkan diriku.

Merasa semua diluar kendali, mengetahui bahwa Haedrig akan terbakar jika aku tidak melakukan sesuatu, aku berteriak pada Regis.

Kita harus menghabiskan cadangan aether kita. Semuanya! Gauntlet Form! Sekarang!

Regis tidak ragu-ragu. Ketika dia di tangan kananku, aku mengulurkannya, menunjuk ke salah satu dari banyak cermin yang rusak dan menjauh dari Haedrig, yang meneriakkan namaku, memohon bantuan.

Dengan Regis di tanganku untuk menarik aetherku, aku memutar Destruction ke arah itu dan menekannya. Api ungu mendidih keluar dari diriku seperti neraka, tumpah ke kegelapan di mana tidak ada yang bisa dilahap.

Semakin banyak energi destruktif mengalir dari ku. Aku membakar semuanya, menghabiskan setiap aether di tubuhku. Dan ketika aku sekering dan sekosong tengkorak di panasnya gurun, api terakhir berkedip-kedip dan mati, tidak lagi bisa keluar dari rune Regis.

Kepalaku berputar-putar, tapi aku menghela nafas lega ketika aku melihat Haedrig kembali berdiri, baju besinya hangus tapi untungnya terlihat tidak terbakar.

Lalu lututku lemas, dan dunia menjadi gelap.


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel. "Join Tapas to discover amazing stories and unlock episodes of unique comics and books. Use my invite code AMIR280K for 200 Ink! tapas.io/app".