Bab 296: Tanpa Topeng (Bag 4)
Dengan ide di kepalaku, aku mendorong Regis pindah ke tanganku untuk membantu menarik aether yang ku lepaskan dari intiku. Aku tidak membuat ledakan besar aether seperti yang ku gunakan dalam pertarungan, tetapi sebaliknya aku melepaskan semburan kecil energi aetherik.
Saat menyedot aether melalui lenganku, aku menghendakinya untuk menyatu daripada melonjak keluar, tetapi manifestasi memudar di telapak tanganku; ini adalah sesuatu yang baru, dan membutuhkan lebih banyak kendali dibandingkan langsung melontarkan semburan energi.
Mengambil napas dalam-dalam dan mengabaikan rasa penasaran Regis dan tatapan mata Caera yang kebosanan, aku mencoba lagi — dan lagi.
Setelah percobaan keempat, aether akhirnya terwujud dalam bentuk balon bulat yang menyebar begitu meninggalkan telapak tanganku. Setelah percobaan ketujuh, aether terbentuk menjadi bola yang lebih besar saat aku memberinya lebih banyak aether.
Butuh seluruh konsentrasiku untuk menjaga agar globe ungu yang berkilauan tidak pecah saat itu tumbuh setinggiku. Lalu aku menembakkan bola aetherik itu ke depan menuju salju.
Meskipun hanya menggunakan sebagian kecil aether tetapi hasilnya lebih baik daripada melepaskan ledakan aetherik penuh, bola aetherik besar itu menembus salju lebih dari dua puluh kaki sebelum menghilang, membuat terowongan bulat dan rapi yang bisa kami lewati dengan mudah.
“Cukup bagus,” aku mendengus. Aku berharap untuk memanipulasi aether menjadi bor berbentuk kerucut, tetapi menilai bahkan membuat bola saja cukup lama, aku dengan cepat memilih sesuatu yang lebih sederhana.
"Kau tahu, itu persis seperti yang ku pikirkan."
Tentu saja, aku menggoda.
Caera berjalan dengan hati-hati ke dalam terowongan, tangannya melintasi dinding dan atap saat dia dengan hati-hati memeriksa hasil kerjaku. "Pintar. Bisakah kamu melakukannya lagi? ”
Mengangguk, aku berkata, "Aku seharusnya bisa mencapai kubah itu tanpa menguras tenaga."
Dia bergeser ke samping. "Silahkan jalan, rekanku yang perkasa."
Apakah itu karena aku lelah dengan banyaknya percobaan dalam mantra aetherik atau hanya karena aku masih bangga dengan pencapaianku, aku benar-benar tertawa kecil sebelum membangun aether di tangan kananku lagi.
***
Dengan beristirahat sebentar setiap beberapa kali menggunakan meriam aether, aku bisa menjaga intiku tetap terisi, kalau-kalau kami bertemu musuh di bawah salju. Aku menganggapnya sebagai pertanda baik karena kami tidak menemukannya, dan dalam waktu satu jam kami menemukan apa yang kami cari.
Di belakangku, Caera mengangkat artefak cahaya, memperlihatkan dinding putih yang halus dan berkilau. Aku mengusap batu dingin itu.
“Aku belum pernah melihat yang seperti ini — seperti embun beku yang berubah menjadi batu,” kataku, menyapu salju di tepi luarnya. Bola aetherikku bahkan tidak menggores permukaannya. Semoga ada pintu di suatu tempat.
Memanfaatkan mantra meriam aether baruku, aku mulai membuat ruang di sekitar bagian luar kubah putih itu. Di manapun putaran energi unguku menyentuh batu yang bersinar itu, kekuatanku sepertinya menyebar, berpindah di atas permukaannya yang halus seperti air melintasi lilin.
Kemudian, dengan sisa terakhir aetherku, cahaya putih keemasan berpijar dari terowongan melengkung yang kubuat, menyebabkan terowongan es kami menjadi begitu terang dan menyilaukan mata.
Caera mengangkat tangannya untuk menangkal silau. "Aku berharap cahaya datang dari api yang hangat dan nyaman."
Mengedip-ngedipkan mataku untuk menyesuaikannya dengan terangnya cahaya, aku lalu menghunus belati putih, menyerap aether ke tubuhku, dan bergerak dengan hati-hati ke arah cahaya.
Bagian dalamnya tidak persis seperti yang ku harapkan.
Kubah itu tingginya sekitar empat puluh kaki di puncaknya, dan lebarnya hampir seratus kaki. Bola cahaya yang besinar melayang di udara seperti lentera kertas. Sebuah mimbar menjulang dari lantai di tengah ruang gua, dan di atasnya ada sebuah lengkungan yang berukir indah.
Atau, apa yang tersisa darinya.
Meskipun mimbar itu lebarnya enam meter dan tingginya sepuluh kaki di atas lantai, mimbar itu masih tampak kecil di ruang kosong yang besar itu. Ada kesan terabaikan dan tersesat di dalam kubah yang membuatku merinding.
Dari sampingku, Caera berkata, "Sepertinya ... rusak."
Memindai ruangan lagi untuk memastikan tidak ada musuh yang menempel di langit-langit atau merayap di sepanjang dinding, aku melangkah ke dalam kubah, lalu perlahan-lahan melintasi hamparan terbuka ke tangga, benar-benar sunyi.
Ada tumpukan benda beserakan di kaki tangga. Caera berlutut untuk memeriksanya.
“Tulang, sebagian besarnya, tapi lihat ini?”
Dia mengangkat kepala panah putih bersih. Sepertinya terbuat dari bahan yang sama dengan kubahnya. Aku mengambilnya dan menggosoknya di antara jari-jariku; terasa dingin saat disentuh dan halus seperti sutra. "Dan lihat ini."
Itu adalah tali kulit yang dipadu dengan cakar besar melengkung, seperti rajawali atau elang, tapi lebih besar.
"Terbuat dari sesuatu yang asli dari zona ini, menurutku," kataku, menekan ujung jariku untuk menyentuh salah satu cakar. Aku meringis saat setetes darah mekar di ujung jariku. Sangat tajam.
“Dibuat dari apa ya, Aku penasaran,” kata Caera, melemparkan kalung cakar itu kembali ke tumpukan.
Meskipun aku tertarik pada item dan apa yang mungkin mereka ceritakan tentang zona ini, tapi aku lebih tertarik untuk keluar dari sini. Melangkahi benda-benda yang berserakan, aku menaiki dua anak tangga sekaligus sampai mencapai puncaknya.
Lengkungan itu setinggi sepuluh kaki dan sama lebarnya. Aku menelusuri desainnya, yang sangat detail, menampilkan hewan yang sedang bermain di taman yang penuh dengan tanaman dan bunga yang dibuat secara mengesankan.
Tapi Caera benar. Beberapa bagian lengkungan hilang, dengan asumsi bahwa ini adalah portal keluar dari zona ini, berarti kami terjebak.
Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel. "Join Tapas to discover amazing stories and unlock episodes of unique comics and books. Use my invite code AMIR280K for 200 Ink! tapas.io/app".