Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 295 (Bag 1) Bahasa Indonesia

 

Bab 295: God Rune  (Bag 1) 

Rasa sakit yang menusuk dan menyebar ke seluruh tubuhku membuatku tersentak. Aku bahkan tidak sanggup mengerang meskipun mataku terbuka lebar.

Ketika aku menatap puing-puing yang hangus akibat terbakar, aku kembali sadar dengan apa yang telah terjadi: Riah dirasuki oleh ascender berdarah Vritra, kematian Ezra, Kalon jatuh ke dalam jurang kehampaan, aku penggunaan Rune Destruction untuk membunuh ascender itu, dan api ungu menyebar ke Haedrig.

Haedrig! Aku menjadi tegang ketika memikirkan tentang ascender berambut hijau itu, menyebabkan sakit yang menusuk muncul terasa dalam diriku lagi.

'Hal pertama yang kau lakukan setelah bangun adalah khawatir tentang ascender yang baru kau temui beberapa hari yang lalu dan bukan partner yang kau cintai ini?' Sebuah suara yang akrab keluar dalam pikiranku, meskipun nadanya sedikit lebih tinggi dari biasanya. 'Aku tau alasannya.'

Regis! Apa yang terjadi?

'Aku akan memberitahumu apa yang terjadi!' Bentak Regis, suaranya yang hampir seperti anak kecil bercampur dengan frustrasi.

Bayangan hitam muncul keluar dari dadaku, partner bayanganku membentuk wujudnya..

"Lihat aku!" Regis menggonggong, melayang beberapa kaki di atasku. Serigala bayangan yang dulu tangguh, yang telah cukup besar untuk ditunggangi oleh orang dewasa, sekarang, tidak lebih dari, hanyalah seekor anak anjing. Dia masih memiliki ciri-ciri serigala, dari ekor bayangan hingga empat cakar hitam dan dua tanduk di kepalanya, tapi dia sekarang hanya seukuran kepalaku.

"Aku melihat ... berat badanmu sedikit turun," sergahku, meringis kesakitan.

"Hur hur," ejek Regis, memelototiku. Aku akan menamparmu jika aku memiliki kekuatan untuk melakukannya.

“Apakah ini” —Aku mengangkat tanganku ke arahnya, menunjuk bentuk mungilnya— “ terjadi karena kita harus menghabiskan semua aether kita?” aku bertanya.

Partner kecilku memutar matanya yang besar. "Tidak. Aku menjadi seperti ini untuk mewujudkan impianku menjadi bantal tidur bagi seorang teman. "

"Aku melihatmu terlempar melalui salah satu cermin," kataku, mengabaikan sindirannya. "Apa yang terjadi setelah itu?"

Regis berpikir sejenak, menggaruk dagunya dengan cakar kecil. “Aku tidak terlalu ingat. Aku terus jatuh melalui kehampaan hingga pingsan, lalu aku kembali ke dalam tubuhmu dengan rasa sakit di kepala yang luar biasa."

Aku menghela nafas lega, senang tidak perlu terlalu khawatir lagi saat bertarung bersama partner bayanganku kedepannya.

Karena ingin segera bergerak, aku mencoba mendorong diriku sendiri dari tanah. Dengan hanya setitik aether tersisa di intiku dan rasa sakit yang menjalar ke seluruh tubuhku, aku bahkan tidak bisa duduk, apalagi meluruskan kaki untuk berdiri.

Dengan tanpa kekuatan dan sakit kepala yang cukup parah untuk menahanku dari meditasi, aku berbaring dan membiarkan pikiranku mengembara. Kenangan dan emosi yang telah ku simpan jauh di dalam mulai muncul — ingatan dan emosi teman dan keluargaku di Dicathen.

Aku telah berusaha dengan sangat keras untuk membuat diriku sibuk, bahkan tidak memberi diriku waktu untuk memikirkan kenangan menyakitkan dari kehidupan yang telah ku tinggalkan. Menyaksikan tragedi keluarga Granbehl pasti telah merusak penghalang yang secara tidak sadar ku buat untuk menahan emosi lampau selama ini. Aku takut dengan kemungkinan yang akan terjadi. Rasa putus asa yang kurasakan akan menenggelamkanku jika keinginanku untuk bertemu lagi dengan keluarga dan teman-teman terlalu sering ku pikirkan.

Tetapi yang lebih menakutkan adalah kenyataan bahwa aku merasa diriku perlahan-lahan melupakan wajah dan suara mereka. Mengenali mereka bukanlah masalahnya, tetapi untuk mampu membayangkan mereka dalam pikiranku… itu semakin sulit.

Dengan tubuhku yang perlahan-lahan meregenerasi cadangan aether dan rasa sakit yang mulai berkurang, aku menghilangkan gambar Ellie dan ibuku, yang membeku dalam pikiranku dengan ekspresi sedih dan putusasa.

Perlahan-lahan bangkit, aku mengeluarkan relic mati yang telah kusimpan di sakuku, memastikan dengan mataku sendiri bahwa batu yang dulu hitam sekarang menjadi kristal putih keruh. Karena penasaran dengan kegunaanya, aku menyuntikkannya dengan sisa-sisa aether yang tersisa.

Tidak ada yang terjadi.

'Apakah kamu memecahkannya?' Tanya Regis.

"Ku rasa tidak?" Aku menyelipkan kristal buram itu kembali ke sakuku. Kita harus mempelajarinya lagi nanti, ketika aku tidak sekarat.

Mengalihkan pandanganku, aku melihat bahwa sepotong kain telah digulung menjadi bantal darurat untukku. Emosi yang tidak perlu dari keterikatan terhadap Alacryan yang baru saja ku temui ini mulai muncul, menenangkan pikiran. Sambil menggelengkan kepala, aku mengajukan pertanyaan yang selama ini takut untuk ku tanyakan.

Siapa yang masih hidup?

“Periksa sendiri. Mereka ada di sana," gerutu Regis, menunjuk ke kiri dengan cakar yang imut. “Sekarang permisi, aku akan bersembunyi di dalam tubuhmu sampai aku bisa menyerap aether sendiri lagi. Jangan panggil aku kecuali kau benar-benar perlu.”

Aku mengangkat alis. “Apakah kau akan berguna dalam keadaanmu saat ini?”

"Oh diam," bentaknya sebelum menghilang kembali ke tubuhku.

Sambil menghela nafas, aku melihat sekeliling pada sisa-sisa ruang cermin yang hangus. Sama seperti masa depan yang ku lihat di dalam keystone, aula dipenuhi warna hitam dan merah, kolam air mancur yang hancur dan air tumpah di sekitarnya. Banyak cermin rusak, menunjukkan kehampaan tak berujung dimana Kalon jatuh.

Keystone ...

Aku melihat sekeliling, tapi relik berbentuk kubus itu tidak terlihat.

'Itu hancur menjadi debu setelah kau tersadar dari meditasimu,' kata Regis.

Sial! Aku berharap mungkin akan ada kesempatan lain bagiku untuk mempelajari kembali keystone, kesempatan lain untuk membangun pengetahuan yang telah ku peroleh. Jika anak bodoh itu tidak melepaskan ascender berdarah Vritra itu—

Aku mundur dari pikiran itu. "Anak bodoh" itu telah membayar kesalahannya dengan nyawanya. Marah padanya sekarang tidak ada gunanya, dan tidak ada yang akan kembali dari apa yang telah dilakukan.

Kecuali jika…

Keystone telah menunjukkan masa depan di mana aku benar-benar dapat membalikkan waktu kematian itu sendiri. Aku mendalami pikiranku, mencari God Rune, dan sementara aku bisa merasakannya di sana, aku tidak tahu apa fungsinya.

Terlepas dari itu, aku telah mempelajari semua yang mampu aku pahami dari keystone. Itulah mengapa relic itu mendorongku keluar, aku yakin. Aku hanya perlu mencoba untuk melihat apa yang bisa dilakukan ...


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel. "Join Tapas to discover amazing stories and unlock episodes of unique comics and books. Use my invite code AMIR280K for 200 Ink! tapas.io/app".