Novel The Beginning After The End Chapter 301 ( Bag 1) Bahasa Indonesia


Bab 301: Kebenaran yang Tidak Pasti  (Bag 1) 

Aku memperkuat penglihatanku dan melihat lebih jelas ke lembah.

Gubuk-gubuk itu tampak sederhana, terbuat dari rumput dan lumpur. Semua itu dibangun beberapa kaki di atas tanah di cabang-cabang pohon yang tebal, tanpa tangga, tali, atau jembatan untuk dilalui aether-beast.

Dilihat dari karakteristik Four Fists, mudah untuk dipahami mengapa mereka tidak butuh hal itu.

Beberapa makhluk mirip kera sedang bergerak di bawah pohon. Dengan tubuh yang lebar, berotot, pendek, dan kaki tebal yang biasa mereka gunakan untuk memegang dan memanjat, dan empat lengan besar. Mereka memanjat dan berlari dengan cepat, menggunakan keenam anggota tubuh untuk mengayunkan diri ke depan. Bahkan dari tempat kami berada yang jauh di atas, aku masih bisa melihat tubuh mereka dipenuhi dengan bekas luka.

Tubuh Four Fists ditutupi bulu, sebagian besar berwarna coklat atau hitam, tetapi memiliki daging warna pucat. Wajah mereka tidak seperti kera, mengingatkanku pada sesuatu antara manusia dan babi. Mereka memiliki rahang lebar, hidung besar, rata, dan alis tebal. Gading seperti babi hutan menonjol dari rahang bawahnya, dan mata kecil mereka bersinar seperti api ungu dari bawah bayang-bayang pepohonan.

Raungan amarah menghancurkan keheningan gunung, dan sesaat kemudian sumbernya terlihat. Four Fists yang sangat besar, dibalut kerudung berornamen dihiasi dengan sesuatu seperti bulu dan cakar Spear Beak, salah satu anggota sukunya yang memiliki postur lebih kecil terlempar dari sebuah pintu terbuka di salah satu gubuk yang lebih tinggi dari yang lain.

Korban jatuh sepuluh kaki ke arah tanah yang membeku, lalu dia mengulurkan tangannya dan meraih sesuatu yang tidak dapat ku lihat, dan berayun ke cabang pohon terdekat. Si penyerang melompat dari gubuk, melaju ke arah mangsanya seperti komet.

Four Fists yang lebih kecil itu terlempar menjauh dari pohon, lagi-lagi tampak mencengkeram udara seperti memegang sesuatu. Ia mengayunkan dirinya melintasi celah besar di antara dua pohon saat berusaha menjauh dari penyerangnya.

Di sekitar mereka, beberapa Four Fists lainnya sedang menonton, ada yang menggeram atau meraung karena gelisah, tetapi mereka tidak berusaha untuk campur tangan karena Four Fists yang lebih besar sedang mengejar yang lebih kecil dari balik pepohonan.

Tiba-tiba Four Fists besar yang mengenakan kerudung berbulu memiringkan satu tangan ke belakang dan melemparkan sesuatu ke mangsanya. Sebuah bola kecil energi ungu — aether — melesat di udara dengan cepat, meledak di betis Four Fists kecil yang sedang melarikan diri, menyebabkannya tersandung dan berguling di salju.

Kemudian  aether beast besar berwarna abu-abu berada di atas yang kecil, keempat tinju yang keras menghantam aether beast yang terluka itu. Itu bukanlah sebuah kontes, dan dalam waktu kurang dari satu menit, pertarungan telah berakhir.

Pemenang menyeret jasad lawannya kembali ke desa puncak pohon sementara sekitar tiga lusin Four Fists keluar dari pepohonan, bergerak dengan hati-hati, menatap kerabat mereka dengan gugup. Dengan suara gemeretak batu, Four Fists besar mengangkat jasad itu dari tanah dan melemparkannya ke kaki Four Fists lainnya.

Namun, saat dia memukul dadanya seperti drum, suara di sebelahku mengalihkan perhatianku. Swiftsure menggemeretakkan paruhnya dengan gugup, suaranya terpantul dari pegunungan dan menggema hingga ke lembah.

Semua beast menoleh secara bersamaan ke arah kami, memperhatikan ke arah punggung bukit. Aku merunduk untuk menyembunyikan kepalaku, menarik Swiftsure di paruhnya, tapi teriakan terdengar dari suku Four Fists dan aku bisa mendengar hantaman kaki mereka di tanah beku saat mereka mulai bereaksi.

Melepaskan paruhnya yang tajam dari cengkeramanku, Swiftsure menjerit dengan panik. "Bertarung!"

"Sialan," kutukku, berdiri dan melihat ke arah belakangku saat aku memikirkan untuk mundur.

Tidak, tidak masuk akal untuk berbalik dan lari. Hewan kera memiliki potongan portal yang kami butuhkan dan mereka tampak liar dan mengerikan seperti yang dikatakan oleh tetua Broke Beak.

"Bersiaplah untuk bertempur," kataku ke pada Caera, yang sudah berada di sampingku, pedangnya terhunus.

Membalut diriku dengan aether, aku melihat pemandangan di bawah: lebih dari tiga puluh aether beast berlengan empat, mata kecil mereka yang seperti manik-manik menyala karena amarah, sedang menginjak sisi gunung ke arah kami.

'Regis, keluarlah saat kita membuat benturan', aku memerintahkan, lalu melompat dari punggung bukit, bertujuan untuk mendarat tepat di tengah-tengah aether beast dan menahan perhatian mereka.

Segera, Four Fists merespon dengan melemparkan proyektil aether ke arahku.

Dengan insting asuranku dengan kekuatan penuh dan mataku terfokus pada rentetan bola aether yang di tembakkan, aku menghitung proyeksi mereka saat mereka mendekatiku.

Memutar tubuhku saat aku melayang di udara, aku mengarahkan diriku untuk menghindari proyektil aether sebanyak mungkin saat sedang di udara.

Dua mengenaiku, satu hanya menggores paha kananku, yang lainnya menyerempet tulang rusukku. Rasa sakit yang memancar dari dua titik cedera menyadarkanku bahwa pelindung aetherikku tidak cukup untuk sepenuhnya melindungi dari peluru aether mereka.

Merasa lukaku sudah sembuh, aku fokus pada pertarungan yang akan datang.

'Regis. Gauntlet Form!' Aku memerintahkan. Dia segera menuju ke tangan kananku untuk mengumpulkan aether di sana. Saat aku mendekati tanah, badai aether berkecamuk di sekitar tanganku, bersiap untuk dilepaskan. Teriakan ketakutan dan kepanikan bergema di bawah saat beberapa hewan mirip kera bergegas melarikan diri.

Tepat saat aku akan mendarat, Four Fists besar yang mengenakan penutup kepala ber dekoratif menyelip ke posisi di antara aku dan tanah.

Sebuah ledakan yang memekakkan telinga bergema di lereng gunung saat semburan aether yang dilepaskan dari tinjuku beradu dengan keempat lengan besar yang dibalut aether milik Four Fists.

Aku merasakan gelombang kejut dari benturan itu merobek selubung pelindungnya dan menghancurkan tulangnya sebelum mengehempaskannya jatuh ke tanah bersalju. Namun, karena pengorbanannya, seranganku dapat diminimalisir, menyisakan saudara-saudaranya yang kebingungan tanpa terluka.

Regis, sekarang!” Aku mendengus, menenangkan diri untuk melawan efek samping dari teknik aether sebelumnya.

'Jangan mati, tuan putri,' rekanku mencemooh saat dia melompat dari punggungku dan menuju ke salah satu dari Four Fists yang mendekat, giginya langsung ke tenggorokan lawan.


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Guys, berhubung Ink Son VD di Tapas sedikit lagi, kalian bisa dukung web ini dengan bergabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang 200 Ink! Daftar melalui aplikasinya ya! Terimakasih juga untuk yang selama ini sudah menyumbangkan Inknya.

Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 443 Bahasa Indonesia