Novel The Beginning After The End Chapter 302 ( Bag 1) Bahasa Indonesia
Bab 302: God Step (Bag 1)
Dunia bergeser saat aku melalui arus aether untuk tiba tepat di pintu gubuk kuno yang terbuka, dan aku segera berubah ke posisi bertahan.
Tapi itu tidak perlu.
Four Fists yang sangat, sangat tua, sedang berbaring di dalam podok. tidak diragukan lagi , dia merupakan sumber dari keberadaan aether yang kuat.
Ototnya yang besar telah berhenti berkembang, menyusut seperti kantong air yang kosong, kulitnya telah memudar menjadi seputih salju, pucat dan berkerut di seluruh tubuh. Dua mata ungu kecil menoleh ke arahku dan aether beast tua itu bersenandung, rendah dan lembut.
Dia berusaha mengangkat kepalanya, tetapi setelah beberapa saat berusaha, dan tidak berhasil, dia kembali melekuk terbaring di tempat tidur dari ranting dan tanaman kering.
Satu lengan yang gemetar diangkat dan menunjuk ke arah dinding yang jauh. Tatapanku mengikuti ke tempat yang ditunjukkan: di atas rak di dinding ada sebongkah batu putih yang panjang dan tipis.
Dengan langkah cepat kesana, potongan portal sudah ada di tanganku, dingin dan lembut saat disentuh. Aku mengusap jari-jariku di sepanjang ukiran yang rumit itu, rasa puas terbangun dalam diriku.
Aku kembali ke Four Fists tua, dia terbaring tak berdaya di lantai. Pikiran untuk membunuhnya tumbuh di benakku; Binatang kera ini adalah sumber aether yang besar sehingga ku tahu aku akan bisa tumbuh lebih kuat jika menyerap kekuatannya, seperti yang telah ku lakukan pada chimera ketika pertempuran pertamaku menggunakan kemampuan aetherik.
Membalut tinjuku dengan aether, aku mengangkat tinju ke atas, tapi tidak mampu untuk menyerangnya. Walaupun dia kuat dan dengan aether yang berlimpah, dia bukan penghuni Reliktomb liar seperti chimera dulu. Membunuhnya hanya untuk memakan aethernya terasa sangat salah… itu seperti aku sedang memakan orang lain.
Melepaskan kepalan tanganku, aku berjalan keluar dari gubuk dan Melangkah kembali ke tanah di mana Regis dan Caera sedang menungguku.
"Aku mendapatkannya," kataku, mengangkat potongan portal di tanganku agar keduanya bisa melihatnya.
"Kerja bagus, Grey," kata Caera dengan senyum lembut saat dia menatap lempengan batu yang halus itu.
'Seekor burung mendarat,' Regis memberi peringatan tepat saat Swiftsure mendarat lembut di sampingku.
Paruhnya yang berbentuk lembing diturunkan ke bawah agar bisa melihat potongan portal di tanganku, dan saat itulah aku melihat beberapa inci di pangkal paruhnya berwarna merah dengan darah.
Dia tidak bertarung bersama kami di medan perang, dan aku tidak bisa melihat tanda-tanda pertempuran di seluruh tubuhnya yang bersih.
Aku meraih paruh hitamnya, membuatnya terkejut. Dia mengepakkan sayapnya dan mencoba menjauh dariku, tapi aku memegangnya degan erat, memutar kepalanya, menatap matanya. Darah siapa ini? Tanyaku, suaraku tenang tapi dingin.
Aku membebaskannya agar dia bisa menjawab. Burung yang gugup itu mengambil beberapa langkah mundur dan melihatku dengan mata lebar dan bingung. "Four Fists. Musuh."
Tatapanku terkunci dengannya saat aku mencoba mempelajari maksud pemandu kami.
Tangan hangat Caera menyentuh lenganku. “Sekarang bukan waktunya untuk ini. Kita sudah mendapatkan yang kita cari, dan kita bukanlah tamu terhormat di suku ini," katanya lembut.
***
Dari lembah tersembunyi Four Fists, Swiftsure membawa kami kembali ke lereng gunung yang lebih jauh dari desa Spear Beak.
Regis kembali ke dalam tubuhku, mengisi kembali aethernya, sementara Caera dan aku mengikuti di belakang pemandu kami. Meskipun akhirnya bisa membuat beberapa kemajuan untuk meninggalkan zona ini, tak satu pun dari kami berbicara karena beban mental dari keganasan kami di desa suku Four Fists membuat tertekan.
Apalagi setelah mengetahui bahwa Four Fists tidak hanya cerdas tetapi juga manusiawi. Aku sadar jika Four Fists abu-abu tidak menantangku untuk berduel, mungkin kami akan melakukan genosida.
Terlepas dari emosi yang terus muncul, aku memastikan untuk terus memantau Swiftsure. Caera dan aku terpaksa bergantung padanya untuk menunjukkan lokasi suku lain.
Lagi pula, apa pun yang dilakukan Swiftsure, itu adalah hal yang diajarkan kepadanya oleh dunia keras dimana dia berada. Itu biadab, suku-suku dari aether beast ini belum mengembangkan budaya mereka ke tingkat yang lebih tinggi, mereka masih barbarian yang suka perang.
Four Fists, aku yakin, akan melakukan hal yang sama pada Spear Beaks jika diberi kesempatan.
Mengesampingkan pikiran yang tidak perlu, aku fokus pada perjalanan selanjutnya. Jalan setapak yang kami lalui membawa kami lebih tinggi ke tepi pegunungan yang tampaknya tak berujung, mengelilingi kawah tempat kami pertama kali muncul. Langit tetap cerah dan tak berawan, suhu masih di bawah titik beku.
"Bagaimana kabarmu?" Aku bertanya pada Caera, yang berjalan di sampingku dengan selimut menutupi bahu dan lengannya.
“Aku bisa mengisi ulang mana sebelumnya selama duelmu dengan Four Fists, jadi aku baik-baik saja,” jawabnya dengan senyum tipis.
Swiftsure, yang menghabiskan sebagian besar waktunya terbang di atas kami, mendarat di depan kami.
Dia berbalik untuk melihatku, paruhnya berbunyi dua kali. "Shadow Claws." Dia kemudian mengangkat sayapnya.
Aku mengangguk mengerti, lalu kilatan ungu melintas di bawah Swiftsure, dan salju di depan kami meledak, menghujani Caera dan aku dengan asap salju.
Caera langsung membungkus dirinya dengan selubung api hitam, selimut terlempar ke samping dan pedangnya sudah di tangannya.
Swiftsure mengeluarkan teriakan terkejut dan mencoba untuk terbang, tetapi jeritan ketakutannya terpotong ketika sepasang cakar ungu yang keras merobek leher anggunnya, menyemburkan darah ke seluruh tanah di kakiku.
Teriakan peringatan Swiftsure berubah menjadi rintihan penderitaan. Sayap Spear Beak itu mengepak dengan liar, menerbangkan bulu-bulu putih. Pemandu kami melayang beberapa kaki di udara, darah merah yang beterbangan menghujani salju putih yang cerah, lalu kekuatannya habis dan dia jatuh ke tanah, bergerak terakhir kalinya, dan mati.
Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.