Novel The Beginning After The End Chapter 302 ( Bag 2) Bahasa Indonesia

 

Bab 302: God Step  (Bag 2) 

Aku sudah bersiap menyerang sesaat sebelum Swiftsure mengambil nafas terakhirnya. Kepalan tanganku yang dibalut aether mendesis di udara yang dingin, tetapi sebelum pukulanku mendarat pada wajah target yang terlihat seperti kucing, makhluk itu menghilang dalam kilatan energi aetherik lainnya.

Itu God Step! meski kaget, aku dengan cepat mencari penyerang itu. Di belakangku, Caera dengan bilah pedang apinya sudah siap untuk bertahan, tetapi dalam sekejap, binatang seperti kucing itu sudah ada di belakangnya, cakarnya menyabit di antara tulang belikatnya.

Caera memang dilindungi oleh selubung api jiwa, tetapi cakar aether mampu merobek penghalang dari mana itu dan menyayat dengan bersih menembus pelindung besi yang menutupi punggungnya.

Dia berguling ke depan, kemungkinan besar menyelamatkan dirinya dari cedera serius, tetapi beberapa luka yang panjang terukir di punggungnya.

Aku melaju ke depan, tanganku bergerak cepat di udara saat aku meluncurkan diriku ke aether beast itu — sebuah Shadow Claw, kurasa — tapi dia lenyap lagi sebelum aku bisa mencapainya.

Caera muncul berlumuran salju dan darah, ekspresinya sangat tenang, seperti ketika kami pertama kali bertemu di Relictomb.

"Apa kau tahu di mana itu?" tanyanya, memposisikan dirinya sendiri jadi kami saling membelakangi.

"Di sana," kataku, sambil menunjuk sekitar enam puluh kaki ke kanan kami dimana Shadow Claw berada, sedang berjongkok di atas bongkahan batu hitam setinggi dua puluh kaki.

Shadow Claw memiliki kepala dan bulu putih bertutul seperti macan tutul salju, tetapi tubuh dan anggota tubuhnya seperti manusia. Tangan dan kakinya seperti kucing, dan ekor panjang di belakangnya. Meskipun agak jauh, itu tampak kecil, mungkin paling tinggi lima kaki.

'Arthur!' Regis mengabari saat aether menyala di belakangku dan ke sebelah kiriku. Aku berputar, mendorong Caera keluar dari jalur dan menendang langsung ke sumber aether yang berbayang.

Serangan balikku gagal terhubung karena penyerang itu berhasil menghindar. Rencananya untuk menebasku sedikit meleset dan cakar aetheriknya mengenai tanah setelah melukaiku lalu dia menghilang lagi.

Meskipun aku lebih berkonsentrasi di sekitar tubuhku sebagai pertahanan, cakarnya masih berhasil merobek daging di atas lututku, yang membuatku lemas.

Menenangkan diriku sendiri, aku membiarkan aether yang menempel erat di sekitar tubuhku menyebar dengan kekuatan yang besar, membuat penyerang itu tertegun sebelum bisa melanjutkan serangannya.

Dia berteleport menjauh, tapi ini memberiku waktu yang untuk menyembuhkan lukaku.

"G-Gray," Caera tergagap, meringis kesakitan saat dia perlahan bangkit berdiri. "Ini…"

"Maaf," kataku, menarik gaya aetherikku.

Bangsawan Alacryan itu menarik napas dalam, matanya terus mengamati sekeliling.

Mataku, langsung tertuju pada dua kehadiran aetherik di bebatuan hitam. Sekarang kedua Shadow Claw itu berjongkok, mata mereka yang berkilau dengan hati-hati melacak gerakan kami.

Aku menahan keinginan untuk menggunakan God Step ke bebatuan itu untuk menghadapi dua Shadow Claw, memilih untuk tetap di samping Caera sebagai gantinya.

Ketika aether melengkung di sebelah kananku, tanganku melesat keluar dan menangkap seekor binatang aether seperti kucing ketiga di sekitar tenggorokannya, meremasnya cukup keras untuk mencekiknya tetapi tidak untuk langsung membunuhnya. Mata makhluk itu terbelalak karena takut, lalu cakarnya yang sangat tajam merobek daging lengan bawahku.

Aku meremasnya, berniat mematahkan lehernya yang kurus, tapi dia bisa melarikan diri juga seperti yang lainnya. Pada saat yang sama, pedang Caera mendesis di udara tepat di bawah lenganku.

Melihat kembali ke ujung batu, aku menemukan ketiga Shadow Claw memelototi kami, salah satunya sedang menggosok tenggorokannya dengan pelan, di tempat aku mencekiknya, jejak darah mengalir hingga kaki nya.

Caera mulai berbicara tapi aku mengabaikan kata-katanya. Aku mengamati ketiga penyerang itu dengan cermat: mereka menyerap aether dari atmosfer.

"Mereka harus mengisi ulang sebelum bisa menggunakan kemampuan teleportasi itu lagi," kataku pelan.

"Sempurna," kata Caera saat dia melangkah di depanku, ekspresinya tenang dan sedingin es saat api hitam menari di bilah pedang merahnya.

Tiga Shadow Claw menegang saat melihat api yang mengelilingi pedang Caera. Dia melebarkan posisinya dan mendorong pedangnya ke depan, melnepaskan semburan api yang dahsyat ke arah bongkahan batu hitam.

Shadow Claw melesat dengan serangkaian lolongan ketakutan saat dua dari mereka lenyap dengan gerakan energi aetherik.

Yang ketiga -- makhluk yang ku tangkap sebelumnya -- tidak beruntung. Dia tidak memiliki cukup waktu untuk mengumpulkan aether yang dibutuhkan untuk menggunakan kemampuan teleportasinya, dan ditelan oleh mantra Caera.

Dalam sekejap, Shadow Claw itu terlempar ke batu hitam di belakangnya, dikelilingi oleh api hitam yang menyala-nyala, lalu binatang aether beast seperti kucing itu beserta puncak batu hitam lenyap, hancur seluruhnya.

Teriakan marah dan sedih dari belakang kami membuatku berbalik. Shadow Claw yang tersisa berada lima puluh kaki jauhnya, berjongkok di salju dan menggeliat dengan sedih.

Aku mengambil langkah ke depan secara naluriah, tetapi ingatan tentang ibu Four Fists yang sedang menggendong bayinya dengan penuh cinta membuatku goyah.

Tatapanku kembali beralih ke Swiftsure, berkerut di atas hamparan salju merah. Dia telah mempertaruhkan nyawanya meskipun hampir tidak tahu apa-apa tentang kami, dan membawa kami ke rumahnya. Terlepas dari kewaspadaan yang ku rasakan terhadap pemandu kami, kematiannya tidak adil.

Shadow Claw sudah berhenti meratapi dan sekarang sepertinya sedang membicarakan hal penting. Mereka teralihkan.

Sama seperti Four Fists, makhluk-makhluk ini telah menyergap kami dan menyerang tanpa sebab. Sekarang bukan waktunya untuk ragu.

Mengambil keputusan, aku mengurangi fokus pada mataku, memunculkan jalur aether yang menyala seperti jalan raya pada malam hari di kehidupan lama ku. Mudah untuk melangkah melalui getaran aether, dan muncul di antara dua binatang aether yang sedang berdebat.

Sebelum mereka bisa melebarkan mata karena terkejut, aku menebas dengan bilah tanganku yang terbalut aether seperti kapak, melukai bahu musuhku.


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 443 Bahasa Indonesia