Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 304 ( Bag 1) Bahasa Indonesia

 

Bab 304: Berbagi Ingatan  (Bag 1) 

"Wah." Caera menundukkan kepalanya lalu masuk ke pondok jerami. Badai semakin kuat dari hari ke hari.

Bahkan saat dia berbicara, suara angin yang bertiup melalui pegunungan terjal yang mengelilingi desa Shadow Claws menenggelamkan hampir semua suara yang ada, termasuk suaranya. Namun, walaupun dengan pintu terbuka dan gubuk di tempat terbuka pula, terpaan badai tidak mencapai desa apalagi ke dalam rumah.

“Sepertinya kau sangat menikmatinya,” kataku, sedikit iri.

Caera mengambil handuk anyaman dari meja di dekat pintu masuk dan mulai menyeka keringat yang mengalir di leher dan lengannya. “Kita terjebak di sini. Jika aku ingin menyaingimu, aku harus berlatih keras juga."

Aku mengangkat alis. “Latihan seperti yang kau lakukan tadi? Yang ku lihat, Kau hanya kejar-kejaran dengan anak-anak kucing yang kecil itu."

Bangsawan Alacryan mengerutkan kening. "Dan kau hanya menempelkan pantatmu ke tanah selama tiga hari terakhir ini."

“Aku tidak hanya duduk-duduk,” balasku. “Aku sedang belajar cara memfilter — aduh!”

Sambil menggosok kepalaku, aku mengambil sendok kayu yang dilemparkan ke arahku.

Three Steps, yang sedang mengaduk panci batu, mengeluarkan peringatan tajam lalu menunjuk ke matanya dengan cakarnya.

“Ya, ya, aku tahu. Aku baru saja mengisi kembali aetherku sedikit," gerutuku, sadar dia tidak bisa mengerti maksudku. Caera tertawa kecil.

Aku mengaburkan pandanganku dan menyingkirkan Caera dan Three Steps dari pikiranku lalu menyalakan God Step lagi. Rune di bawah punggungku menjadi hangat saat aether melonjak keluar dari intiku. Mau tak mau aku menjadi jengkel, dan sedikit khawatir, oleh kehadiran bayangan yang menempel erat di sekitar inti aetherku.

'Regis. Ini sudah tiga hari. Jawab akau atau berhenti memonopoli semua aetherku.'

Setelah menunggu jawaban selama beberapa menit, aku menyerah. Sesuatu telah terjadi pada Regis setelah tiba di desa Shadow Claws. Dia sedang tidur siang — bermeditasi — tiba-tiba matanya terbuka lebar dan dia langsung ke tubuhku, menolak untuk keluar lgi.

Sejak itu, dia menyerap aether dalam jumlah yang tidak biasa, dan aku bisa merasakan kehadirannya bergeser dari intiku ke godrune ku.

'Setidaknya dengan Regis menghabiskan begitu banyak aetherku, itu membuatku bisa beristirahat  lebih lama di jeda sesi pelatihan dengan Three Steps,' pikirku agak kesal.

Beberapa hari terakhir ini cukup melelahkan, tidak pernah ku duga itu terjadi meski dengan fisik asuranku. Setelah Three Steps setuju untuk mengajariku teknik aether yang digunakan rasnya, dia memulai dengan membagi ingatannya tentang pelatihannya sendiri oleh Sleeps-in-Snow saat muda. Mereka sering mendiskusikan kemampuan aetherik Shadow Claws secara panjang lebar dan sangat mendetail, memberikan dasar yang sangat kuat untuk proses pembelajaranku sendiri.

Melalui itu, aku telah belajar bahwa Shadow Claws dilahirkan dengan kemampuan untuk melihat bagian aetherik yang memungkinkan seseorang untuk melakukan perjalanan melintasi ruang secara instan. Namun, bagi bayi yang baru lahir, kemampuan ini sebenarnya adalah sebuah kutukan. Dengan begitu banyak informasi yang menekan otak mereka yang belum berkembang, beberapa bayi yang berkemauan lemah telah mati.

Terserah orang tua dan mentor untuk membimbing bayi mereka dengan benar, untuk membantu mereka belajar terlebih dahulu cara menutup "mata pikiran" mereka sampai mereka cukup dewasa untuk mulai belajar shadow step, istilah mereka untuk teknik teleportasi aetheric yang mereka gunakan.

Sebagian besar kenangan yang telah ditunjukkan membimbingku melalui bagaimana Shadow Claws mengasah keterampilan Shadow Step mereka. Three Steps tidak memahami godruneku lebih baik dariku, aku juga tidak terlalu memahami bagaimana dia memanipulasi aether tanpa rune, tanpa mantra, atau tanpa inti aether, tetapi dengan memperhatikan cara mereka mempelajarinya, aku berharap untuk tumbuh lebih kuat — dan lebih cepat — dalam penggunaan God Step.

Rupanya, aku bahkan belum berada di level anak Shadow Claws berusia dua tahun, karena pada usia itulah mereka mulai belajar cara memfilter jalur aliran aetherik yang tak terhitung jumlahnya.

Melihatnya secara langsung melalui mata Three Steps saat dia memfilter jalur aether sangat mengesankan sekaligus membuatku minder. Selalu ada sejumlah jalur aether di sekitarnya, yang selalu dia ingat sehingga bisa dengan cepat memilih jalur aether saat dia ingin melakukan Shadow Step,

Dengan pengalaman dari lebih dari dua kehidupan di dunia yang berbeda yang ku alami, aku menganggap diriku cerdas dan tajam. Namun, dibandingkan dengan bagaimana Shadow Claws terus-menerus fokus dan melacak jalur aetherik, bahkan memprediksi bagaimana jalur itu akan bergerak berdasarkan gerakan mereka sendiri masih sangat membingungkanku.

Tatapanku tetap terfokus pada batu besar di tengah kolam tepat di luar rumah Three Steps. Ratusan jalur bercabang berwarna ungu saling berpotongan di sekitarku, dan meskipun aku telah menemukan jalur aetherik yang menuju ke bongkahan sejak tadi, aku tidak berniat menggunakan God Step

Aku terus mengamati sekelilingku, mencoba untuk memetakan lebih banyak lagi jalur aetherik yang membuat penglihatanku terhadap warna dunia hilang dan kabur seutuhnya, hanya tersisa pandangan jalur-jalur aether. Rasanya seperti mencoba melenturkan satu set tertentu otot di suatu tempat antara mata dan otakku dalam urutan yang rumit, namun tepat.

Selama beberapa hari terakhir Three Steps menunjukkan kepadaku kenangan yang tak terhitung jumlahnya dengan harapan mempercepat pelatihanku, aku telah belajar bagaimana mengatur penglihatanku untuk memfilter rute aetherik yang hanya melewati tujuan yang ku pilih. Three Steps sangat bersemangat dengan terobosan ini meskipun aku tidak begitu puas.

Aku melatih God Step terus-menerus, bahkan saat Three Steps dan Caera tidur, berhenti hanya ketika aku perlu mengisi kembali aetherku. Aku tahu bahwa waktu di sini terbatas, jadi sangat penting bagiku untuk memanfaatkannya sebaik mungkin.

Ketika Caera muncul lagi dalam penglihatanku, aku menyadari bahwa aku telah melalui satu malam lagi dalam melatih fokusku pada jalur aetherik.

"Bagaimana kemajuanmu, Grey?" Caera bertanya, duduk di lantai di sampingku. Dia mengenakan kemeja tanpa lengan yang ketat, memberinya penampilan yang jauh lebih kasual daripada biasanya. Jika bukan karena sepasang tanduk berkilau yang melingkari kepalanya seperti mahkota hitam…

Pemikiranku terhadapnya terputus begitu saja, seperti tergigit lidah saat berbicara. Lalu aku menjawab “Itu berjalan dengan baik. Kemampuanku untuk tidak butuh tidur sangat membantu pelatihan."

Caera memeluk kakinya dan menggigil kedinginan. “Kau tahu, aku dulu sangat iri dengan kemampuan itu. Bahkan mungkin lebih dari kemampuan regenerasi konyolmu."

Aku mengangkat alis. "Oh?"

“Aku terus berpikir sendiri akan seberapa kuat aku jika aku hanya membutuhkan beberapa jam tidur dalam seminggu untuk menjaga kesehatan, seberapa banyak yang bisa ku selesaikan, dan betapa bermanfaatnya hal itu baik di dalam maupun di luar Relictomb." Caera meletakkan dagunya di atas lututnya, pandangannya menjauh. "Tapi setelah bersamamu selama ini, aku menyadari bahwa itu adalah kutukan sekaligus berkah."

"Kenapa kau mengatakan itu?"

Bangsawan Alacryan itu menoleh ke arahku dengan senyum serius. “Kau selalu terlihat kesepian atau kesakitan di malam hari. Itu sebabnya kau selalu berlatih, bukan?"

Aku menatap Caera, tidak tahu bagaimana harus menanggapi. Pikiranku melayang ke kenangan tentang keluarga dan teman-temanku di Dicathen, bahkan ketika aku terbangun. Tapi lebih buruk di malam hari.

“Tidak seperti itu,” aku berbohong. "Ada hal-hal yang harus ku lakukan, dan jika aku ingin sukses, aku perlu memanfaatkan setiap keuntungan yang ku miliki."

“Dengan seberapa kuat kau sekarang ini, sepertinya kau sedang mempersiapkan diri untuk melawan para dewa,” kata Caera sambil tertawa tipis.

Sebelum aku bisa menjawab, jeritan keras menarik perhatian kami di belakang. Three Steps, yang baru saja terbangun, memberi isyarat agar aku mengikutinya sebelum berjalan keluar pintu.

“Apa kau akan baik-baik saja jika sendiri?” Aku bertanya pada Caera, yang masih duduk di dekat pintu masuk.

“Kau bukan satu-satunya yang memiliki pelatihan yang harus dilakukan,” katanya sambil menyeringai.

Aku balas tersenyum kali ini, mengagumi ketabahan mentalnya. Dia terjebak denganku di zona yang jauh lebih sulit dan lebih mematikan daripada yang dia lalui sebelumnya. Namun, meski hampir mati kelaparan, hampir mati beberapa kali, dan hampir mati kedinginan, dia masih bisa tetap positif.

Mengikuti Three Steps, berjalan menuju ujung belakang desa, jauh dari tatapan penasaran penduduk desa Shadow Claws.

Badai sudah sedikit reda dalam semalam, memungkinkan beberapa Shadow Clwas untuk keluar desa. Meskipun masih sulit bagiku untuk membedakan Shadow Claws satu sama lain, salah satu dari mereka memang menonjol bagiku. Itu adalah Left Tooth.

Three Steps mengeluarkan desisan di sampingku sebelum duduk di atas salju, menarik perhatianku kembali padanya. Mata tajam mentorku menatapku dengan serius saat dia mulai berbicara dalam bahasanya. Aku memperhatikan wajahnya dengan hati-hati. Matanya berpindah dari wajahku ke dadaku, dan mulut kucingnya menunduk saat dia berbicara, kumisnya bergerak-gerak.

Aku tidak dapat memahami satu kata pun yang dia katakan, tetapi aku tidak perlu melakukannya. Three Steps mengulurkan cakarnya, dan, seperti yang telah kami lakukan berkali-kali sekarang, aku terhubung dengannya.

Seperti yang ku duga, ingatan yang dia bagikan kepadaku adalah adegan yang tepat saat dia berbicara denganku beberapa saat yang lalu, itu dari sudut pandangnya dan aku dapat memahami apa yang dia katakan kepadaku, bahkan ketika aku melihat diriku sendiri. melalui matanya, menatap balik dengan bingung.

“Aku telah menunjukkan kepadamu cukup banyak sehingga aku merasa nyaman meminta sesuatu sebagai balasan. Aku ingin tahu lebih banyak tentang kemampuan unikmu, yang diturunkan dari Creator, bahkan jika itu bukan sesuatu yang bisa ku pelajari sendiri," katanya sebelum pandanganku beralih ke ingatan yang telah dia bagikan denganku sebelumnya di mana dia dan Sleeps-in-Snow membicarakan tujuan mereka.

Penglihatan itu memudar saat dia menarik tangannya dari tanganku. Dia menunggu, matanya tidak berkedip, sampai aku mengangguk dan mengulurkan tangan padanya.


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.
Admin butuh ink lagi nih. 
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang 200 Ink! Daftar melalui aplikasinya ya! Terimakasih untuk yang selama ini sudah menyumbangkan Inknya.

Komentar

Posting Komentar