Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 304 ( Bag 2) Bahasa Indonesia

 

Bab 304: Berbagi Ingatan  (Bag 2) 

Three Steps menatapku sekali lagi, tapi ekspresinya telah berubah. Dia tidak lagi melihatku seolah-olah aku adalah seorang anak yang mencoba mempelajari dasar-dasar Shadow Steps. Dia memandangku dengan hormat, bahkan mungkin sedikit keheranan, tetap linglung bahkan setelah beberapa menit berlalu sejak tangan kami terpisah.

Menampilkan kembali kenangan itu juga tidak mudah bagiku. Ini adalah pertama kalinya aku berbagi memori kedatanganku di Relictomb setelah kalah dalam pertempuran melawan Nico dan Cadell. Three Steps baru saja menyaksikan seluruh perjalananku melalui ingatan yang terekam mataku, mulai dari chimera raksasa dan kaki seribu aetherik, sampai ke titan. Dia telah merasakan kegelapan dan rasa sakitku dan rasa kehilangan saat aku berjuang untuk terus berjuang, dan dia telah menyaksikan evolusi kemampuan aetherikku dengan sangat kagum.

Aku menahan helaan lelah yang dalam, tidak ingin memberikan kesan yang salah pada Three Steps.

Aku tau metode komunikasi Shadow Claws sangat lama dan melelahkan, tetapi sekarang aku menyadari betapa efisien dan efektifnya kau dapat mengekspresikan maksudmu melalui berbagi kenangan.

Three Steps tahu lebih banyak tentangku, tentang perjalananku, daripada Alaric atau bahkan Caera, yang telah berada di pihakku sejauh ini. Menjadi begitu terbuka sejujurnya agak menakutkan, tetapi pada saat yang sama, melihat ekspresi empati dan kesedihan Three Steps… seolah-olah beban besar telah terangkat dari pundakku.

Seolah merasakan emosiku, Three Steps menepuk pundakku sebelum memberi isyarat agar aku mengikutinya sekali lagi. Kali ini, dengan sebagian besar badai telah berlalu, Shadow Claws itu membawaku keluar dari batas-batas aman desa dan ke dasar gunung berbukit di dekatnya.

Sekali lagi, dia mengulurkan cakarnya sambil menyeringai ceria padaku. Penasaran, aku menyentuh tangannya dengan tanganku dan merasakan pikiranku menyelinap ke tangannya.

Dalam ingatannya, Three Steps muda, meskipun saat itu namanya bukan itu, dan dua Shadow Claw lainnya, Tumble Down dan Spear Rider, sedang berlatih di gunung berbukit yang sama. Itu semacam kompetisi, di mana mereka masing-masing berteleportasi sejauh yang mereka bisa melintasi lipatan dalam gunung, dan siapa pun yang berhasil mencapai titik paling jauh dari titik awal memenangkan ronde tersebut.

Giliran Spear Rider yang memimpin lebih dulu. Ketika aku melihat Shadow Claws yang berahang kuat, berbintik-bintik gelap, memetakan rute Shadow Stepnya, di sana aku (sebagai Three Steps) sedang mengagumi keberaniannya, dan memikarkan dengan canggung bahwa dia akan menjadi pasangan yang baik untuk membesarkan anak suatu hari terlintas di benakku. .

Meskipun aku tahu ini adalah bagian dari ingatan, itu masih terisa aneh bagiku.

Disisi luar dunia ingatan, Three Steps menekan tanganku lebih keras, mungkin merasakan gangguanku. Aku fokus kembali, Spear Rider, setelah memilih rutenya, melakukan dua Shadow Step dengan cepat, membawanya ke pijakan tebing yang dangkal sekitar setengah jalan menaiki bukit berikutnya dari titik awal kami.

Itu usaha yang lumayan, tapi ada jalan lain yaitu menggunakan batu besar tepat setelah kolom batu yang dia gunakan sebagai pijakan tengahnya, akan membawaku lebih jauh.

Tumble Down pasti memiliki pemikiran yang sama, karena dia memilih batu besar untuk pijakan. Sial baginya, itu longgar. Batu itu bergoyang di bawah kakinya, memaksanya melakukan Shadow Steps ke tempat yang aman. Dia melolong frustrasi di cekungan dangkal di lereng gunung hampir lima puluh kaki di bawah Spear Rider.

Senang Tumble Down dapat giliran lebih dulu dan terpleset di batu yang longgar itu, aku mengintai lereng gunung lagi, mencari jalan yang lebih aman yang akan membawaku lebih jauh dari Spear Rider, tetapi tidak dapat menemukannya.

Apa yang kamu tunggu, Soft Heart? Tumble Down berteriak. “Gunung-gunung itu mendekat sebelum kau mengambil langkahmu?”

Spear Rider menertawakan ejekan teman kita. “Mungkin dia akan menunggu sampai badai datang dan membiarkan angin membawanya ke puncak gunung!”

“Jika kau tidak cepat, Soft Heart, namamu akan menjadi Slow-as-Stone!”

“Dan namamu akan menjadi Dumb-as-Rock, Tumble Down!” Aku membalas, Spear Rider makin melolong tertawa.

Mengambil keputusan, aku mengatur kakiku dan bersiap untuk mendaratkan diriku di batu besar yang longgar. Jika aku menunggu sampai batu itu berhenti bergoyang, dan jika tidak terlepas, aku bisa mencapai ke batu dua puluh kaki lebih jauh dari tempat Tumble Down berdiri.

Mengalihkan pandanganku dari batu dan salju di lereng gunung, aku fokus pada jejak bayangan, kilatan petir ungu yang akan menuntunku ke batu besar, dan kemudian ke batu yang lebih tinggi.

Meskipun ingatan mengalir dengan kecepatan persepsi di mana aku bisa merasakan pikiran Three Steps saat dia merumuskannya, tindakan sebenarnya saat dia melihat ke aether dan berteleportasi terjadi hampir seketika.

Bahkan setelah berhari-hari pelatihan tanpa henti, pandanganku sendiri tentang jalur aetherik yang bercabang masih jauh lebih kompleks dan berat daripada pandangannya sendiri. Itu adalah pengingat lain tentang seberapa jauh aku harus melangkah jika aku ingin memanfaatkan potensi penuh seni aetherku.


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.
Admin butuh ink lagi nih. 
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang 200 Ink! Daftar melalui aplikasinya ya! Terimakasih untuk yang selama ini sudah menyumbangkan Inknya.

Komentar

Posting Komentar