Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 305 ( Bag 1) Bahasa Indonesia

 

Bab 305: Perpisahan  (Bag 1) 

Butir keringat mengalir di wajahku saat aku dengan hati-hati mengangkat kaki belakang perlahan ke depan. Aku telah belajar cara berjalan dua kali masa kehidupan, tetapi satu langkah ini membutuhkan lebih banyak konsentrasi daripada mantra multi-elemen yang paling rumit yang pernah ku kuasai dengan menggunakan mana.

Jantungku berdetak kencang karena jalur aether terus bertahan dan memberiku informasi terbaru berdasarkan posisi baruku.

Aku  bersiap untuk mengambil langkah selanjutnya tiba-tiba ketukan di bahuku merusak konsentrasiku. Aliran aether berwarna violet yang terjalin berderak dan terdistorsi, mengirimiku rentetan informasi kacau berupa pisau panas yang menyayat bagian dalam otakku.

"Gah!" Aku tersentak kesakitan, tetapi perasaan gagal menjaga konsentrasi bahkan lebih menyakiti hati.

"Aku berada di langkah kedua puluh tiga!" Aku mengerang dengan frustasi kepada Three Steps.

Mentorku mengejek dan berbicara dalam bahasanya lalu mengulurkan tangannya.

Aku menekan telapak tanganku ke bantalan hangat di telapak tangannya dengan pasrah, membiarkan ingatannya masuk.

“Itu kekanak-kanakan, marah padaku karena tidak bisa menjaga konsentrasimu. Lagipula, cukup untuk hari ini. anggota sukuku pasti sudah kembali dari perjalanan mereka."

Menghela nafas dengan berat, aku mengangguk.

Three Steps menyeringai, memperlihatkan taring tajam sebelum dia menghilang dengan langkah bayangan. Aku melihat ke bawah, dia sudah sampai di atas batu berbentuk hidung sekitar 12 meter di bawah jauh dari puncak gunung yang luas tempat kami berlatih.

Aku  menyalakan God Step lagi. Pada saat itu, aku merasakan kehadiran Regis yang sedikit demi sedikit memudar dalam diriku. Dia tetap tidak merespon, tidak peduli berapa kalipun aku memanggilnya. Ketika aku mencoba mengeluarkannya, aku bisa merasakan inti aetherku menahannya di dalam, membuatku tidak punya pilihan selain bersabar.

Memfokuskan indraku pada aliran aether yang telah menyala di sekitarku, aku  muncul di samping Three Steps disusuli derak listrik aetherik.

Tanpa jeda, guruku menghilang sekali lagi, tubuhnya menjadi bayangan gelap sebelum muncul beberapa meter di bawahku, di dekat dasar jurang yang berkelok-kelok.

Kami berdua mendaki gunung ini dengan menggunakan kemampuan teleportasi. Three Steps telah membagi ingatannya denganku, banyaknya gunung yang mengelilingi desa adalah rintangan bagi Shadow Claws untuk berlatih.

Dengan betapa sulitnya aku melakukan God Step menaiki punggung bukit-bukit bertingkat hingga menuju ke puncak gunung ini, tetap saja ini adalah latihan yang mudah dibandingkan yang sebelumnya kulakukan.

Aku terus mengikuti Three Steps menuruni gunung, napasku menimbulkan segumpal uap di depanku dan keringatku membuat sensasi dingin di wajah dan punggungku.

Dengan banyaknya hal yang tidak kuketahui dalam hidupku yang selalu membebani pikiranku, fokus hanya pada pelatihan membuatku merasa sedikit tenang. Dan dengan seorang mentor yang membantuku maju, tidaklah sesulit berlatih sendiri yang hampir membuatku mati berulang kali.

Aku tidak mau mengakuinya, tapi ini pertama kalinya aku menikmati latihan sejak pelatihan di kastil terbang.

Pikiranku melintas ke ingatan saat mempelajari sihir elemen dari Buhnd, Kathyln, Hester, dan Camus di kastil. Kami bersenang-senang saat itu. Kathyln dan aku senang mendengarkan keluhan dan gosip para penatua, pelatihan sihir memang menyenangkan jika dilakukan bersama.

Saat itu kami memang sedang berperang, tapi masih ada harapan bahwa kami bisa menang. dan aku masih memiliki ayahku.

Aku masih memiliki Sylvie

Three Steps telah menungguku di tonjolan datar yang tersembunyi oleh pepohonan yang tertutup salju, menatapku dengan sedikit cemberut.

Salah satu hal yang ku perhatikan sejak awal adalah betapa sangat empatiknya Three Steps. Dia mengatakan itu ada hubungannya dengan bagaimana Shadow Claws berkomunikasi berbagi ingatan, membuatnya lebih peka tidak hanya dengan ingatan yang dibagikan tetapi juga berbagi emosinya.

Ketika aku tidak segera menyentuh tangannya, dia lebih mengerutkan keningnya dan merentangkan lengannya lebih dekat ke arahku.

Aku menggelengkan kepala, tidak ingin berbagi kenangan khusus ini.

Three Steps tampak seolah-olah akan marah, tetapi teriakan burung jauh di atas kami membuatnya tersentak dan menunduk. Dia menatap ke atas, mencoba melihat menembus awan.

Aku mengikuti tatapannya, tidak siap dengan reaksinya yang berlebihan. Itu seekor burung yang berteriak—

Tubuh hitam burung seukuran manusia, dengan paruh berbentuk tombak, terbenam di permukaan awan yang putih. Itu berputar sekali di sekitar puncak gunung, lalu naik kembali ke awan dan menghilang.

"Spear Beak," kataku. Berpaling dari langit, aku melihat mentorku mencakar tanah, bulu di sepanjang leher dan punggungnya berdiri tegak, giginya menonjol dengan.

Aku dengan lembut menepuk lengan guruku dan menunjuk ke gua di depan gunung.

Setelah beberapa saat, kami berjalan ke gua, meskipun Three Steps tidak pernah mengalihkan pandangannya dari langit.

Berdiri dengan punggung rata di rongga gunung, aku memikirkan apa tujuan Spear Beak itu. Apa yang di inginkannya di desa Shadow Claws? Mungkin itu pengintai, mencari Caera dan aku, atau Swiftsure.

Menatap Spear Beak yang bergerak naik turun di awan, sebuah ide muncul di benakku. Aku tahu ini mungkin memakan waktu lama, tetapi aku cukup beruntung menerima sambutan hangat dari kedua suku. Jika Aku dapat memberikan setidaknya sedikit mediasi, maka mungkin lebih mudah bagi kami untuk mendapatkan potongan lengkungan dari portal.

Dengan lebih banyak keuntungan daripada kerugian, aku menyentuh tangan Three Steps dan mengiriminya ingatan Swiftsure yang menyelamatkan kami dan membawa kami ke desa mereka, kami disambut di sana, dan diberi makan. Aku hanya memberikan cuplikan percakapan kami dengan tetua Broke Beak, karena aku  tidak ingin membuatnya kesal.

Three Steps menarik tangannya menjauh dariku karena terkejut, menatapku dengan bingung, atau khawatir. Ekspresi Shadow Claws itu masih sulit untuk ku baca.

“Tidak apa-apa,” kataku pelan, memberikan senyum ramah untuknya dan mengulurkan tanganku lagi.

Aku  ingin berbagi lebih banyak kenangan, waktu yang aku lewati dengan Swiftsure dalam perjalanan kami dari desa Spear Beak, tetapi sebelum aku dapat mengirimnya ingatan, aku malah menerima ingatannya.
 

Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang 200 Ink! Daftar melalui aplikasinya ya! Terimakasih untuk yang selama ini sudah menyumbangkan Inknya.

"Hingga akhir tahun mungkin Author akan post 2x seminggu untuk menghabiskan volume ini. Beri ink kepada Author sebanyak yang kalian bisa untuk menyemangatinya". - Admin

Komentar

Posting Komentar