Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 305 ( Bag 3) Bahasa Indonesia

 

Bab 305: Perpisahan  (Bag 3) 

Saat kami tiba di desa suasana sedang tegang dan jelas bahwa sekumpulan Shadow Claws di dekat gerbang masuk desa ada hubungannya dengan kejadian tadi. Three Steps sedang mengamati kerumunan.

Setelah melihat Caera baru aku menyadari apa yang sedang terjadi. Bilah pedangnya dikeluarkan, matanya tenang dan mematikan, tapi dia tetap dalam posisi netral, tidak menyerang.

Aku  melangkah maju untuk membantunya tetapi Three Steps menghentikanku. Dia mengeluarkan beberapa kata dalam bahasanya dan mengulurkan tangannya.

Pandanganku beralih antara mentorku dan Caera sebelum aku menyentuh tangan mentorku.

"Aku tidak ingin berperang, tetapi jika kau menginginkan bantuan, aku perlu mengetahui seluruh kebenaran."

Dengan tangan kami terkatup rapat, aku mengiriminya ingatan tentang penyergapan Shadow Claws, saat mereka yang pertama kali menyerang dan membunuh Swiftsure, hingga menyerang Caera dan bagaimana rencana kami untuk memasuki desa mereka.

Sepanjang proses berbagi ingatan, aku merasakan Three Steps tersentak menjauh dariku, tetapi dia tidak pernah memutuskan kontak, sehingga aku bisa lanjut membagi ingatanku. Aku mengakhirinya dengan mengulang penemuan kami tentang portal yang rusak, Four Fists tua memberi kami bagian mereka, dan percakapanku dengan Caera tentang perlunya mengumpulkan semua potongan portal untuk meninggalkan zona ini.

Ketika kami memutuskan kontak, aku mencoba memahami perasaan Three Steps, tetapi ekspresinya tidak dapat dibaca.

Sial. Aku tidak punya waktu untuk ini.

Aku bersiap-siap untuk menerima kenyataan bahwa Three Steps tidak akan membantu kami lagi, dan aku akan menggunakan God Step ke sebelah Caera namun Three Steps melintas melewatiku dan muncul di antara anggota sukunya dan Caera.

Mengikutinya, aku berdiri di samping si bangsawan Alacryan, yang ekspresinya akhirnya tenang ketika melihatku. "Kau akhirnya datang."

"Maaf aku terlambat," gumamku, mataku terpaku pada dua Shadow Claws yang familiar, mereka yang memimpin kerumunan ini.

Aku bisa melihat geraman agresif Left Tooth saat tatapannya melirik ke arahku dan Caera, bahkan Sleeps-in-Snow yang pendiam ikut bersuara. Kemarahan dan ketakutan terlihat jelas di antara anggota suku, tetapi reaksi mereka berubah saat Three Steps berbicara.

“Sulit untuk menilai situasi di sini tanpa mengetahui apa yang mereka katakan,” kata Caera lembut. Apakah kau tahu apa yang sedang terjadi?

Aku  menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu dengan pasti, tapi kupikir para pengintai yang pergi lebih awal mungkin telah menemukan sisa pertempuran kita dengan anggota suku mereka."

Meskipun aku tidak memahami kata-katanya, nada Three Steps tetap datar dan tegas. Saat dia terus berbicara, beberapa wajah Shadow Claws berubah menjadi ekspresi tidak percaya.

Left Tooth secara khusus menjadi lebih marah, membusungkan dadanya dan menatapku dengan tatapan mengejek, aether berfluktuasi dengan kacau di sekitarnya.

Percakapan berakhir saat Three Steps mengayunkan lengannya ke udara dan menunjuk ke belakang dengan menggeram. Dia kemudian berbalik kepada kami dan memberi isyarat agar kami mengikutinya.

Caera dan aku bertukar pandangan, waspada dan mulai mengikuti guruku menuju gubuknya, tiba-tiba ada bayangan yang bergerak instan ke arah kami.

Left Tooth dan dua anak buahnya melesat melewati rekanku dan menerjang ke arahku, cakar aethernya terpampang tanpa takut.

Kakiku tersentak saat melakukan tendangan ke depan tetapi dia melakukan Shadow Step di saat-saat terakhir. Aku siap untuk ini, penglihatanku dipenuhi dengan jalur aetherik, memberiku rute yang diambil oleh Left Tooth. Aku mendorong sikuku ke belakang, mengenainya di kepala dan menjatuhkannya ke tanah.

Caera telah memblokir tebasan dari Shadow Claws kedua, aku melakukan teleport pendek ketiga dan membantingnya ke tanah. Rasa sakit meledak di betisku, dan aku menghindar dari cakar Left Tooth saat dia menyerangku untuk mundur.

'Regis! Sekarang akan menjadi waktu yang tepat untuk berguna', bentakku, hanya disambut dengan keheningan.

Kegelisahan menjadi kemarahan saat Caera kesusahan untuk menjaga Shadow Claws slainnya menjauh tanpa melukainya dengan parah.

Left Tooth menggeram, cakarnya memanjang dan memutar udara di sekitarnya sebelum wujudnya menghilang dalam Shadow Step. Saat dia muncul di hadapanku, aku melakukan God Step juga. Shadow Claws yang angkuh itu kebingungan, melihat ke kiri dan kanan, saat aku berdiri di belakangnya.

Menyabit kakinya di bawah, aku meraih kepalanya dan membanting wajah Left Tooth ke tanah bersalju.

Lengan Shadow Claws itu mengepak, cakarnya menggaruk udara, aku menahannya dengan kuat, jariku siap untuk menghancurkan kepalanya.

"Greh!"

Kepalaku berpaling, itu adalah Three Steps yang memanggil namaku. Matanya, dipenuhi dengan amarah dan kesedihan, menatapku saat dia menggelengkan kepalanya.

Saat itulah aku menyadari bahwa keheningan telah menyelimuti seluruh desa. Bahkan sepoian lembut angin tidak dapat didengar karena perhatian semua orang hanya terfokus padaku.

"Cih." Aku melepaskan cengkeramanku dari Left Tooth dan berdiri, memandang anggota suku satu per satu.

Setiap yang bertemu mata denganku tersentak ketakutan hingga mataku terkunci pada Three Steps, yang berjalan ke arahku.

Three Steps mengulurkan cakarnya untuk yang terakhir kali, dan aku melihat gambaran ingatan tentang potongan portal. Itu berada di gua tepat di atas air terjun, tersembunyi di hamparan pasir hitam di bawah batu besar berkilauan berkulit kuarsa.

Aku berdiri di sana dengan tercengang, memeriksa kembali ingatan itu sekali lagi untuk memastikan aku tidak akan lupa. Setelah ingatan terputus, Three Steps mengangkat telapak tangannya yang lain, mengulurkan bola berongga, sedikit lebih kecil dari telapak tanganku, yang bersuara jika terkena gerakan kecil sekalipun.

Aku pernah melihat anak-anak bermain dengan bola itu, dan Three Steps telah menunjukkan kepadaku sebuah kenangan di mana dia mengajari mereka cara menggunakannya. Meski jarang, pohon-pohon kecil yang kuat di desa akan menghasilkan buah yang cukup besar untuk dijadikan mainan ini. Saat buah itu mengering, ia menjadi sangat keras dan menjebak benih di dalamnya. Orang dewasa akan mencabut batangnya, meninggalkan lubang sedikit lebih kecil dari biji di dalamnya, dan akan memotong ukiran tipis di sampingnya sebelum proses pengerasan selesai.

Itu adalah salah satu cara anak kucing belajar memanifestasikan cakar mereka, karena hanya dengan menggunakan cakar aetherik mereka dapat menarik benih melalui lubang.

Mengalihkan pandanganku dari mainan itu, aku tahu akan itu sangat penting untuk pelatihanku, aku melihat ke Three Steps sekali lagi.

Dadaku menegang saat Three Steps berjalan melewatiku dan mengangkat Left Tooth tanpa sepatah kata pun. Tatapanku mengikutinya saat dia berjalan menuju anggota sukunya tanpa melihat ke belakang.

“Sudah waktunya untuk pergi,” akhirnya aku berkata pada Caera, memunggungi mentorku juga.

Mungkin merasakan suasana hatiku, bangsawan Alacryan itu berjalan tanpa bicara di sampingku, kami berdua berjalan melintasi desa ke air terjun.

Aku berjuang untuk tidak melihat ke belakang. Penyesalan dan rasa bersalah menusukku karena aku hanya berharap untuk berterima kasih dan mengucapkan selamat tinggal kepada mentor yang telah berbagi dan mengajariku begitu banyak hal dalam beberapa hari terakhir.

Tapi aku tahu tugasnya adalah untuk desanya, dan akan salah jika aku mengabaikan kerukunan yang dia miliki dengan sukunya dengan bersikap begitu akrab dengannya. Dari semua cobaan di Relictomb, zona ini adalah yang paling kejam dalam cara menguji seorang ascender.

Aku sudah siap untuk menyelesaikannya.
 

Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang 200 Ink! Daftar melalui aplikasinya ya! Terimakasih untuk yang selama ini sudah menyumbangkan Inknya.

Komentar

Posting Komentar