Novel The Beginning After The End Chapter 306 (Bag 3) Bahasa Indonesia

Bab 306: Wild Thing  (Bag 3) 

Aku memperhatikan kawanan golem itu, tiba-tiba khawatir kami mungkin secara tidak sengaja menghancurkan bagian portal yang ada pada mereka. Namun aku tidak bisa melihat menembus badai salju dan menentukan lokasinya. Apa mereka akan membawanya kemanapun mereka pergi? Mungkin itu tersembunyi di penyimpanan ekstradimensi mereka. Kasus terburuk adalah mereka menyembunyikannya di bawah salju di suatu tempat yang tidak bisa kami temukan.

Menghindari cakaran, aku menusukkan tanganku ke dada golem yang penyerang. Aether itu bergelombang di sekitar tinjuku, tetapi makhluk itu sepertinya tidak terpengaruh. Mungkin ini adalah refleks dari belajar bertarung melawan chimera dan carallian, tanpa berpikir panjang aku mulai menyerap tornado aether ke tanganku.

Golem itu menggigil, dan suara memekik yang keluar darinya membuat gigiku terkatup. Saat aku menarik aethernya, beberapa cakar dari golem lain melukai bagian samping dan belakangku, mengirimkan sentakan yang mengejutkan dari rasa sakit yang tak biasa.

Merasa intiku terisi penuh, aku menyeringai meskipun sakit. Pasokan aether yang baru ku serap membuatku lega dan bisa beraksi sepuasnya.

Aku mendorong aether ke luar, memusatkannya sebanyak mungkin ke dalam lapisan tipis yang mengelilingi tubuhku. Pelindungku semakin tebal, sekarang memancarkan cahaya ungu di atas putihnya salju.

Sebuah cakar menyerang dari atas dan aku mengangkat lenganku secara naluriah untuk memblokirnya. Meskipun ada retakan yang terlihat pada pelindungku di mana cakar itu membentur, itu gagal menembus.

Memanfaatkan kelengahan golem itu, aku menusuk tanganku ke tubuhnya. Aku menyerap aether lagi seperti sebelumnya. Golem itu mulai mengeluarkan jeritan dan membeku di tempatnya dengan gemetar.

Bereaksi terhadap gerakan golem lain dari sudut mataku, aku berhasil menghindari sayatan horizontal darinya, dengan tanganku yang lain, aku menusuknya dan menyerapnya.

Dia terus mencoba mencakarku dengan putus asa, menciptakan lebih banyak retakan di pelindung aetherikku sampai hancur, dan menghilang. Namun, pada saat itu, sudah terlambat bagi para Golem.

Selama sepuluh napas yang dibutuhkan untuk menarik aether mereka, semakin banyak golem yang mengepungku, dua yang telah ku serap hingga lenyap, jeritan mereka hilang, salju yang membentuk bentuk fisik mereka runtuh tertiup angin dan jatuh ke tanah.

Sebelum aku sempat membuat pelindung lain yang cukup tebal untuk melindungiku dari golem, satu set cakar es berhasil melukaiku di pinggul kiri sementara yang lainnya menebas punggungku.

Rasa sakit sedingin es terasa di tubuhku dalam proses penyembuhan luka yang menguras aetherku.

Sebelum lebih banyak golem berkumpul di sekitarku, aku melepaskan area bertekanan aether, berhati-hati untuk tidak membuatnya terlalu lebar hingga mencapai Caera.

Golem di sekitarku menegang di dalam kubah ungu bertekanan tinggi yang kubuat, memberiku kesempatan untuk menyerang golem lain dan mulai menyerap aethernya. Aku bisa melihat efek mantraku pada para golem, kabut ungu yang menahan bentuknya bergetar dan terdistorsi.

Di luar kubah, Caera berputar, menangkis, menusuk, dan memotong mereka seperti pendekar pedang, setiap serangan langsung membakar tubuh golem, dan setiap langkah membuatnya terhindar dari jangkauan cakar yang menyerang. Namun, aku dapat dengan jelas melihat samar-samar aether berkumpul di sekitarnya, beberapa golem sudah membentuk kembali tubuh baru.

Daripada membuang-buang aether membentuk penghalang baru di sekitarku, aku mencari perlindungan di tempat lain.

Menyalakan God Step, aku melintas ke tempat di mana Caera bertarung dan mengarahkan tanganku ke dalam kabut aetherik yang mencoba membentuk tubuh salju.

“Jauhkan golem-golem itu dariku saat aku menyerap yang tidak memiliki tubuh!” Aku berteriak.

Caera beraksi, menempel di dekatku dan beraksi seperti baling-baling penghancur.

Kami melanjutkan ini selama berjam-jam, Caera dengan hemat memanfaatkan soulfire untuk menghancurkan tubuh golem sementara aku menyerap aether yang cukup, mengeluarkan ledakan aetherik, dan mengulangi prosesnya lagi.

Masalahnya adalah, saat aku bisa terus mengisi cadangan aetherku, tapi rekanku tidak bisa melakukan hal yang sama. Aku bisa melihat gerakannya melambat, dan cahaya yang menyelimuti pedang merahnya berkedip-kedip lemah.

Ayunan pedang Caera meleset, membuat peluang bagi golem di belakangnya untuk menyerang.

Berkat pengajaran unik Three Steps, aku bisa melakukan God Step tepat waktu untuk berpindah ke antara golem dan Caera.

Mencengkeram si bangsawan Alacryan untuk melindunginya, aku mengertakkan gigi saat rasa sakit sedingin es terasa di punggungku.

Mata Caera membelalak karena terkejut. "G-Gray?"

"Tidak apa-apa. Aku bisa sembuh tapi kau tidak," kataku sambil melepaskannya. “Berapa lama lagi kau bisa bertahan?”

“Tidak lama lagi,” Caera mengakui.

Dengan anggukan, kami berdua melanjutkan strategi kami sekali lagi, tapi kali ini dengan kecepatan yang lebih lambat. Meskipun aku dapat menghancurkan golem secara permanen, butuh waktu bagiku untuk menyerapnya sepenuhnya. Aku membutuhkan Caera untuk menghancurkan tubuh mereka dan melindungiku saat aku menyerapnya.

Dengan cadangan aetherku yang terisi, aku fokus untuk membangun ledakan aether lainnya. Saat aku meluncurkannya, itu menelan lusinan golem yang membentuk badai salju di sekitar kami, dan memberi pandangan sekilas tentang zona di luar badai.

Kemudian sesuatu berubah. Badai salju yang bertiup dalam lingkaran di sekitar kami berputar tidak seimbang, dan beberapa lusin bentuk di dalamnya saling menekan hingga tampak seperti gumpalan ungu tunggal di dalam dinding putih.

Dan yang keluar dari badai salju bukanlah angin salju atau segumpal es; itu bahkan bukan tornado.

Sosok itu setidaknya setinggi dua belas kaki, memiliki bentuk yang lebar dan besar, berjalan dengan enam anggota tubuh yang berotot, masing-masing dengan cakar aether yang berkilau. Paruh es murni yang panjang seperti tombak menonjol dari kepalanya yang bulat dan tak berbentuk.

Monster yang dihasilkan tampak seperti penggabungan dari Spear Beak, Shadow Claws, Ghost Bear, dan Four Fists, namun beberapa kali lebih besar.

Lebih buruk lagi, mereka tidak sendirian. Lusinan golem salju menyatu untuk membentuk tiga monster salju yang mengerikan ini.

Tidak ada pilihan lain.

"Kita tidak dikepung lagi. Pergi sejauh mungkin selagi aku menahannya," aku memerintah, memicu rune of Destruction dan berdoa agar aku tetap menjaga kewarasanku setelah terkena dampaknya.

“Aku masih bisa—”

"Tolong pergi!" Aku mendesak, pikiranku membayangkan gambaran tubuh Caera yang terbakar apiku di zona cermin. Aku tidak ingin menyakitimu lagi.

Caera mendecakkan lidahnya, tetapi dia mulai pergi saat api ungu berkedip-kedip, menari di udara di sekitarku.

Saat kegelapan dan bayang-bayang dari Destruction mulai mengganggu pikiranku, denyut pada intiku kambuh lagi, kali ini dengan kekuatan yang membuatku harus berlutut.

Darah mengalir ke kepalaku, ke telingaku. Aku hampir tidak bisa melihat Caera memanggil namaku di belakangku. Kehadiran yang kukenal muncul dari intiku, membawa kehadiran gelap dari Destruction bersamanya.

Kemudian bayanganku di tanah meluas, berubah menjadi bentuk hewan buas saat cakar raksasa seukuran tubuhku muncul darinya.

Sepasang mata tajam terbuka dan menatapku sebelum geraman gemuruh terdengar di atas hiruk pikuk angin dan salju.

"Rindu denganku, tuan putri?"


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang 200 Ink! Daftar melalui aplikasinya ya! Terimakasih untuk yang selama ini sudah menyumbangkan Inknya.

Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 443 Bahasa Indonesia