Novel The Beginning After The End Chapter 308 (Bag 1) Bahasa Indonesia


 
Bab 308:  Tertekan di Perayaan (Bag 1) 

Caera dan aku muncul di atas tebing yang tertutup salju yang menjaga pintu masuk ke desa Spear Beak. Petir aetherik dari God Step berderak di sekitar kami, kami disambut oleh tatapan tajam dari beberapa lusin burung besar.

Sumber cahaya yang besar memancarkan cahaya hangat di atas desa yang dulunya sangat dingin, puncak gunung yang berkawah dipenuhi dengan aroma kayu yang cukup tajam.

Tiba-tiba, keributan datang dari arah Spear Beak saat mereka mulai mengepak sayap, berbunyi seperti terompet, dan memekik. Beberapa bahkan turun dari langit membawa pita panjang berwarna-warni, mengelilingi kami dengan pola yang rumit.

“Apa mereka… mengadakan pesta untuk kita?” Caera bertanya dengan ragu-ragu.

"Tetap waspada," bisikku sebelum melangkah maju.

Segera, kerumunan Spear Beak memberi jalan kepada kami, hingga terlihat tetua Broke Beak, mengenakan mantel bulu yang memantulkan cahaya dari obor besar.

Para pejuang suku yang berjajar di sisi jalan menuju tetua Broke Beak menawarkan berbagai makanan.

“Selamat datang, selamat datang para ascender yang perkasa!” tetua Broke Beak mengoceh dengan penuh semangat, membangkitkan gelombang sorak-sorai dari sukunya. "Ya! Hari ini, kita merayakan kembalinya para pejuang."

Seolah-olah kesurupan, burung-burung yang terlalu banyak itu mulai menggeliat dan bergerak tak menentu mengikuti ketukan cepat yang dibuat oleh dua Spear Beak dengan memukuli paruh mereka pada sesuatu seperti drum raksasa.

Tetua Broke Beak mulai berjalan ke arah kami, kakinya yang setipis tongkat gemetar sedikit saat dia berjalan dengan lambat.

Penasaran dengan apa yang dia dan desanya telah rencanakan, aku menunggunya datang hanya selangkah dariku dan Caera. Dia dengan lembut meletakkan sayap di bahu kami dan mengeluarkan bunyi bernada sedih.

"Para pengintai mengatakan bahwa Swiftsure kalah dalam pertempuran, tapi dia pemberani, ya, sangat berani, dan akan melambung tinggi bersama Creator!" Tetua Broke Beak mengoceh. Caera dan aku saling memandang dengan waspada.

Menurunkan sayap lemahnya, dia melanjutkan. “Pengintai kami juga menceritakan kemenanganmu melawan Wild Thing. Catatan ini akan menjadi sejarah untuk diceritakan oleh seluruh anggota suku kita, ya!”

'Sikap mereka jauh lebih rendah hati daripada saat kami pertama kali berbicara dengan mereka. Aku suka itu, ' Regis lemah berkata dari dalam diriku. Meskipun dia tidak lagi melilit intiku seperti lintah dan mau berbicara kepadaku lagi, Regis belum cukup kuat untuk mempertahankan bentuk fisik setelah dia menggunakan Rune Destruction.

"Itu bukan sesuatu yang heroik," kataku. "Kami hanya melakukan apa yang harus kami lakukan agar bisa meninggalkan zona ini."

“Heroik, kata yang bagus! Dan yang tepat, ya. Kami Spear Beak hanya bisa membungkuk kagum pada keberanianmu," katanya sebelum menunjuk dengan satu sayap ke arah meja dengan makanan. “Ascender, kau pasti kelaparan. Silahkan, para pejuang sukuku telah membawakanmu hadiah berupa makanan dan minuman!"

"Apa itu semua untuk kita?" Aku bertanya, melihat lebih dekat pada benda yang ada di sayap Spear Beak. Dua membawa potongan daging, sementara tiga lainnya melakukan yang terbaik untuk memegang segenggam buah yang tampak seperti blueberry raksasa. Yang keenam membawa batu hitam yang tajam, sedangkan dua yang terakhir masing-masing memegang kendi tembikar yang hampir tumpah saat bergerak.

Tetua Broke Beak mengangguk. “Hadiah sederhana dari Spear Beak yang sederhana, ya.”

Caera dengan halus meremas punggung lenganku dua kali, meski senyumnya tidak goyah. Bahkan tanpa persiapan sebelumnya tentang sinyal nonverbal, aki tahu apa yang dia maksud. Jika Spear Beak licik dan berhati dingin seperti yang aku takuti, mungkin mereka akan mencoba untuk menyingkirkan kita dan mengambil potongan portal untuk diri mereka sendiri.

Bagaimana cara melenyapkan musuh yang tidak waspada, namun lebih kuat?

Aku melihat makanan itu lagi. Racun? Aku bertanya-tanya, meski saat bertemu dengan mata tetua Broke Beak, aku memastikan wajahku tetap tenang, bahkan bersahabat.

“Tanpa mengurangi  rasa hormat, kami tidak mungkin menerima hadiah seperti itu. Bukannya pejuang kalian yang pemberani lebih layak untuk menikmatinya?" Aku berkata, menurunkan tatapanku. “Akan lebih dari cukup jika kita bisa meminta keramahanmu sekali lagi.”

Burung tua itu berdiri tanpa berkata apapun, matanya yang tajam bergerak ke atas dan ke bawah, paruhnya yang retak mengikuti arah pandangannya, akhirnya dia berbicara.

"Baik! Meskipun beberapa orang mungkin menganggapnya tidak sopan — tapi aku tidak, tidak, tidak dengan tetua Broke Beak — untuk menolak hadiah dari Spear Beak, aku mengerti bahwa kembalinya Swiftsure ke sang Creator membuat terbeban, dan itu membuat para ascender kehilangan selera makan. Itu juga membebani kami, sangat berat. Tapi pesta masih akan disiapkan, ya!” katanya sambil mengangguk. “Datanglah ke gubuk tetua Broke Beak ini, supaya kita bisa duduk dan berdiskusi. Ada banyak yang harus kau ceritakan.”

Tetua Broke Beak menuntun kami melewati barisan Spear Beak yang memegang hadiah, dan meskipun buah berry berukuran raksasa itu tampak lezat, itu malah mengingatkanku pada ingatan yang telah dibagikan Three Steps, dan aku tahu yang terbaik adalah menghindari potensi jebakan. burung yang licik mungkin mempersiapkan diri untuk kami.

Jika mereka cukup pintar untuk memberi umpan pada dua Shadow Claws yang cermat, yang diajarkan sejak lahir untuk berhati-hati terhadap Spear Beak, maka mereka cukup pintar untuk meracuni makanan dalam upaya melemahkan atau bahkan membunuh kami.

'kupikir tubuhmu yang seperti kecoak itu kebal terhadap hal-hal seperti racun,' timpal Regis.

'Tapi tidak dengan Caera', jawabku. "Aku lebih suka bersikap kasar daripada bodoh. Lagipula, aku ingin melihat bagaimana tetua Broke Beak bereaksi terhadap penolakan kita. Sekarang tetap diam dan fokus untuk memulihkan diri. Kau tidak akan berguna bagiku dalam keadaan sekarang."

Aku bisa membayangkan Regis memutar matanya saat dia menjawab, 'Aye aye, tuan putri.'

Pasangan yang telurnya dulu jadi makanan kami, True Feather dan Red Wings, berdiri di antara barisan Spear Beak, menatap Caera dan aku saat kami mengikuti tetua Broke Beak ke dalam gubuknya. Aku memikirkan sosok gelap di langit di atas desa Shadow Claws dan menduga apakah Red Wings yang mengikuti dan memata-matai kami.

Begitu kepala suku yang sudah tua itu membawa kami ke dalam rumahnya, dia menganggukkan paruhnya yang retak dan melangkah kembali ke luar. "Tolong istirahatlah disini. Masih banyak yang harus dilakukan, tapi aku akan segera kembali, ya."

"Tunggu. Kami datang ke sini dengan potongan portal seperti yang kau minta,” kataku buru-buru, tidak ingin menunggu. "Aku ingin mencoba dan memperbaiki portal dengan apa yang kami miliki sekarang, jadi kami hanya membutuhkan bagian portal milik sukumu dan kami akan—"

"Tidak." Tetua Broke Beak membenturkan paruhnya dengan cepat untuk memotongku. "Kau harus punya empat, dan kami akan memberi satu. Saat ini, ascender, anda hanya punya tiga. Beristirahatlah untuk saat ini, dan kita akan bersama-sama menemukan cara untuk mendapatkan hasil akhirnya."

Lalu, kepala suku tertatih-tatih, meninggalkan Caera dan aku.

Caera menghela nafas di sampingku saat dia rebahan ke tanah. "Membuat frustrasi saja."

“Tapi kau tampak biasa saja,” kataku dengan mengejek saat mataku bepaling ke tempat tidur dari jerami, bulu, dan rumput tempat tetua Broke Beak biasanya istirahat.

"Tidak mungkin burung tua itu meninggalkan hal yang kita inginkan di ruangan yang sama dengan kita," timpal si bangsawan Alacryan saat aku berjalan menuju tempat potongan portal sebelumnya disembunyikan.

Aku mengobrak-abrik tempat tidur itu, tetapi hanya menemukan lantai berdebu. "Sial."

Caera tetap diam saat aku duduk di sebelahnya, tegang dan marah.

Sebelunya saat pertama kali tiba di desa Spear Beak, kami berterima kasih atas bantuan Swiftsure dan keramahan desa. Tapi dalam jangka waktu yang singkat, banyak yang berubah… Aku telah melihat terlalu banyak hal.

Sebagian dari diriku menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Aku seharusnya menyadarinya lebih awal: fakta yang tidak cukup sesuai dengan apa yang dikatakan burung-burung ini kepada kami, permusuhan yang dimiliki semua suku lain terhadap Spear Beak, para burung ini memanfaatkan kami untuk tujuan mereka sendiri.

Jika bukan karena tantangan duel dari kepala suku Four Fists, kami mungkin telah memusnahkan seluruh suku itu sebelum menyadari bahwa mereka bukanlah sekedar aether beast. Jika bukan karena keraguan yang masih tersisa yang kurasakan setelah pertempuran itu, kita mungkin akan membalas dendam terhadap Shadow Claws atas penyergapan yang mereka lakukan.

Aku ngeri membayangkan Three Steps dan sisa mayat sukunya berserakan karena soulfire Caera dan ledakan aetherku.

Tidak. Aku melakukan hal yang benar dalam mengikuti instingku, dan untuk nyawa yang melayang itu, yang lebih buruk bisa terjadi jika aku telat menyadari kelicikan tetua Broke Beak.

Sementara kepala suku dan sukunya masih menganggap kami berpihak pada mereka, aku harus bersabar dan menunggu saat yang tepat.

"Bagaimana kabar Regis?" Caera bertanya, membuatku sadar dari lamunanku.

“Dia menggunakan cadangan aetherku untuk memulihkan diri saat dia beristirahat,” jawabku, melihat ke bangsawan Alacryan.

Saat itulah aku memperhatikan bahwa dia tidak lagi menggigil karena kedinginan, apalagi mengenakan selimut di bahunya. “Apa kau tidak kedinginan?”

“Di sini jauh lebih hangat daripada sebelumnya. Mungkin karena obor yang mereka nyalakan di luar untuk festival,” katanya sambil menggelengkan kepala. “Ngomong-ngomong, apa kau tahu apa yang menyebabkan dia berperilaku begitu liar sebelumnya selama pertempuran kita?”

"Itu ada hubungannya dengan Godrune Destruction yang aku miliki," aku memulai. “Sulit untuk dijelaskan, tetapi Regis jauh lebih cocok dengan jenis sihir tertentu, meskipun akulah yang secara teknis memiliki akses ke sihir ini.”

“Jadi dia tidak bisa mengendalikannya sepenuhnya,” kata Caera mengerti.

Aku menatap telapak tanganku yang kosong. “Pada dasarnya. Namun, sihir ini sangat berbahaya bagi pengguna jika tidak cocok, itu membuatku sulit untuk mengendalikannya. Karena Regis tidak terbatas sepertiku, aku pikir dia belajar lebih cepat— "

Saya berhenti, menyadari bahwa aku mulai mengoceh.

Melihat ke belakang, aku bisa melihat bangsawan Alacryan itu memperhatikanku, tanduk obsidiannya berkilauan terkena cahaya obor.

Aku mengerutkan kening. "Kenapa?"

“Bukan apa-apa,” katanya, memperlihatkan senyum tipis. “Aku hanya senang, kau mau membagikan rahasia ini denganku. Bahkan jika aku tidak sepenuhnya mengerti, aku ragu ini adalah sesuatu yang akan kau ceritakan kepadaku jika kita pertama kali bertemu."

Aku berdehem sebelum berpaling dari tatapan merahnya. “Itu karena aku bisa membungkammu jika kau macam-macam.”

Terlepas dari ancamanku, bagaimanapun, Caera tertawa kecil. "Ya ya."


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang 200 Ink! Daftar melalui aplikasinya ya! Terimakasih untuk yang selama ini sudah menyumbangkan Inknya.

Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 443 Bahasa Indonesia