Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 313: Ellie POV Chapter 4 (Bag 4) Bahasa Indonesia

 



Bab 4: Bow's Blight  (Bag 4) 

Mana beast yang mengerikan itu tampaknya terlalu senang karena menghancurkan sesuatu yang berharga ... sehingga perhatiannya sepenuhnya teralihkan dariku sesaat.

Busur mulai pecah dan retak. Cakar depan Blight Hob, dan jari-jarinya yang panjang masih melilit busur, cakar belakangnya menggali dan mencakar dengan liar. Ada cakar yang mengenai kakiku dan merobek celanaku, menyisakan luka panjang dan dalam di sepanjang tulang keringku, aku berteriak.

Mata gelap binatang buas itu berpindah, fokus kembali ke wajahku. Lidahnya yang mengerikan, seperti belut keluar dari mulutnya, napas busuknya hampir membuatku tercekik.

Jantungku berdegup kencang saat menyadari bahwa aku akan mati. Semua latihanku, selama dengan Arthur dan Sylvie menembak balok-balok batu dan cakram es berputar yang diterbangkan — untuk apa? Meninggal tanpa benar-benar meminta maaf kepada ibuku dan meninggalkannya sendirian…

Kalau saja aku bisa mengendalikan batu seperti Arthur, atau menembak mana dari tanganku seperti Sylvie

Pikiran itu baru saja terbentuk di kepalaku ketika aku menyadari apa yang harus ku lakukan. Tapi aku tidak pernah mencoba melatih kembali sihir yang pernah kulihat digunakan Sylvie dulu.

Aku tidak punya waktu! Kecuali jika-

Dengan menggunakan setiap kekuatan yang ku miliki, aku mendorong busurku ke rahang Blight Hob, mendorongnya jauh ke dalam mulut kotornya. Giginya yang tidak rata menusuk ke dalam kayu hingga, dengan satu hentakan terakhir, busurku patah menjadi dua.

Blight Hob mengambil setengah dari busur yang hancur dengan kedua cakarnya dan mulai menggerogoti ujungnya, mengunyahnya seperti serigala memakan tulang yang patah.

Bahkan tanpa waktu untuk bersedih atas kehilangan busur berhargaku, aku mengangkat tangan kiriku yang bebas, lalu fokus untuk mengembunkan mana murni ke telapak tanganku. Helen selalu berkata bahwa aku sangat berbakat dalam memanipulasi mana murni ke dalam bentuk apapun, dan kata-katanya yang terngiang-ngiang di kepalaku memberiku kepercayaan diri untuk menyulap dart (panah lempar)  di telapak tanganku dengan sedikit usaha. Bagian selanjutnya lebih sulit.

Melihat arrow putih kecil yang menyala-nyala mulai terbentuk di telapak tanganku, Blight Hob bergegas mundur, melepaskan serpihan senjataku. Pada saat yang sama, aku mendengarnya menghirup napas panjang dan berderak saat bersiap meniup asap mematikan kepadaku.

Membayangkan tali busur di belakang mana-arrow kecil yang bersinar di telapak tanganku, aku membayangkan semua perasaan saat menggunakan busur, energi potensial dari tali, yang tersimpan di dalam diriku, dan aku membentuk mana di pikiranku sampai aku bisa merasakan dorongan kuat di tanganku, seperti ada kekuatan yang siap untuk diluncurkan.

Aku menahannya, menunggu targetku bergerak, takut jika aku hanya mendapat satu kesempatan. Waktu seolah merangkak berhenti saat kami saling diam, masing-masing menunggu yang lain untuk bergerak.

Kemudian raungan liar yang mengerikan menggema di terowongan, menyebabkan Blight Hob berbutar balik, napas mematikannya mengepul di sekitarnya bertuk awan bukannya diarahkan kepadaku.

Saat itu juga, aku merasakan dunia di sekitarku berubah.

Terowongan remang-remang, yang hanya diterangi oleh artefak pencahayaanku, yang setengah tersembunyi dalam cekungan di lantai di suatu tempat di belakangku, menjadi lebih terang. Setiap celah dan tonjolan tiba-tiba terlihat sejelas diterangi bulan purnama tengah malam yang cerah.

Indera penciumanku sepertinya juga berubah. Aku tidak hanya dapat mencium bau gas busuk dari Blight Hob, tetapi juga merasakan di mana dan seberapa cepat serangannya menyebar. Aku bisa mencium bau keringat yang melapisi kulitku sendiri, debu di lantai terowongan, dan bahkan bau musk lembut dari Boo, meski aku belum bisa melihatnya.

Saat indraku menjadi tajam seperti binatang, keberanian yang liar menguasaiku, dan aku melupakan ketakutanku akan mati atau kalah. Tanganku stabil saat membidik, mengabaikan masalah transformasi mendadakku untuk saat ini, aku fokus pada indraku yang baru berkembang.

Aku membiarkan luapan kekuatan yang ku kumpulkan meledak, melesatkan mana-arrow ke arah Blight Hob seolah-olah ditembak dari busurku. Kilatan petir yang bersinar mendengung saat terbang beberapa meter ke targetku, menghantamnya tepat di belakang bahunya dan menusuk jauh ke dalam dadanya.

Blight Hob jatuh melengking ke tanah, lalu mencoba berdiri, tetapi jatuh lagi. Kabut hijau kehitaman merembes dari mulutnya saat ia menatap dengan liar, matanya melotot dan lidahnya menjulur dengan aneh.

Saat dia melewati kematiannya, aku bergegas mundur, sejauh yang ku bisa dari awan hijau yang memenuhi lorong di sekitarnya. Ingatan gas yang membakar tenggorokan dan paru-paruku masih sangat jelas…

Suara mendengus, dan cakar yang berat berlari melintasi batu, datang dari kegelapan di sisi lain awan gas. Boo berhenti ketika dia cukup dekat untuk melihat mayat Blight Hob dan awan mematikan yang mengelilinginya.

"Hei big guy," kataku lelah, melambai sedikit pada ikatanku. Dia berdiri, berjalan mondar-mandir melintasi terowongan dan terengah-engah dengan cemas saat dia menunggu gas hilang. "Kita berhasil, Boo."

Dia melihat mataku, mendengus, lalu duduk.

Ketajaman super dari indraku memudar, dan kelelahan merayapi otot-ototku yang sakit dan pikiran yang lelah, menghilangkan kebuasan aneh dan tidak wajar yang sempat ku rasakan sebelumnya. Sepertinya aku tidak sengaja membangunkan sesuatu yang selalu ada di dalam diriku, tetapi sekarang itu kembali tertidur. Sesuatu yang sedikit terasa seperti Boo.

Berbaring telentang, aku beristirahat dengan kaku di atas batu yang keras dan kasar. Sebongkah batu tajam menancap di pinggulku, tapi aku tidak peduli. Jantungku berdebar kencang dengan kegembiraan karena perkembangan dan kemenanganku atas Blight Hob, meskipun momen itu pahit.

Hilangnya busur pendekku  — senjata yang tak tergantikan yang dirancang khusus untukku — adalah harga yang mahal yang harus dibayar untuk lidah Blight Hob.

Kuharap itu sepadan.



Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Komentar

  1. Balasan
    1. spoiler markas terbongkar ibu arthur mati di bunuh nico

      Hapus
  2. Iya bener, kehendak beruang wkwk entah kenapa terdengar lucu.
    Ah, coba kalo ada Arthur. Kan bisa ngajarin Ellie :(

    BalasHapus
  3. Muantab miiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin, Lopyu

    BalasHapus
  4. Lamhot min... Mantap

    BalasHapus
  5. Novelnya blom diupdate karena author TBATE mengalami serangan jantung 16 Desember lalu, Sekarang authornya sudah keluar dari rumah sakit dan sedang beristirahat. Jadi ditunggu aja ya.
    Statement langsung dari authornya :
    https://www.patreon.com/posts/turtlemes-health-45107924

    BalasHapus
  6. Untuk yang penasaran cerita selanjutnya, ada website bahasa Spanyol yang udah ngejar postingan patreon, bisa baca di sini ( http://translate.google.com/translate?hl=en&sl=es&tl=id&u=https%3A%2F%2Fnovelasligera.com%2Fnovela%2Fthe-beginning-after-the-end%2F&sandbox=1 ) itu admin dapat dari salah seorang Reader juga. Tapi di sonvdsnote Admin postingnya tetap ngikuti Tapas (Gratisan).

    BalasHapus
  7. min kapan update lagi? info 310 nya udh keluar blum ? bagi link nya dong

    BalasHapus

Posting Komentar