Novel The Beginning After The End Chapter 315: Ellie POV Chapter 6 (Bag 1) Bahasa Indonesia


Bab 6: Melakukan Perlawanan  (Bag 1) 

Aku berjalan beberapa langkah di belakang Tessia, menjaga wajahku tetap datar sehingga para tentara di sekitar kami tidak menyadari betapa gugupnya aku. Kebanyakan dari mereka adalah elf karena lebih dibutuhkan; manusia dan dwarfs berada dalam posisi yang tidak menguntungkan saat menjelajahi hutan berkabut Elshire, walaupun ditemani para elf dalam membimbing mereka.

Boo berjalan di belakangku, bolak balik ke pepohonan, saat dia mengendus-endus, menjejalkan hidungnya untuk mencari belatung atau makhluk hutan kecil lainnya untuk dimakan. Hanya dari gerakan ekornya yang bergoyang, aku tahu dia benar-benar betah di kedalaman hutan dan senang berada di luar gua.

Kami baru tiba di Elshire selama satu atau dua jam, tapi aku merasa kabut telah merembes ke telingaku dan melayang-layang di dalam kepalaku, membuatku sulit untuk berpikir. Aku mencoba mendengarkan saat Tessia memberi aba-aba tetapi terus-menerus melamun saat memandangi bunga, pohon atau batu, dan terkejut saat Tessia bertanya, "Ellie, kau ikut?"

Tessia berhenti untuk memeriksa kemajuan dari jebakan yang sedang digali di tengah jalan sempit hutan. Meskipun bagiku itu tampak seperti jejak rusa, Tessia mengatakan bahwa jalan setapak yang lebih jelas hanya ada di dekat pedalaman Elenoir, menghubungkan beberapa kota besar dan kota kecil.

Tiga elf muda bekerja sama untuk membuat jebakan. Yang pertama, seorang anak laki-laki berambut pirang dengan mata zamrud dan tampan, menggunakan mana tipe tanah untuk menggali lubang besar di jalan setapak yang setidaknya sedalam sepuluh kaki.

Dua lainnya mengenakan kerudung mereka, meskipun aku masih bisa melihat ekspresi serius mereka dalam menggunakan sihir, mengeluarkan akar dari dasar lubang dan memelintirnya menjadi paku spiral yang tajam.

Ketiganya berbalik sesaat untuk memberi hormat kepada Tessia lalu melanjutkan pekerjaan mereka.

“Buat lubangnya sedikit lebih lebar, dari sana” —dia menunjuk ke sebongkah besar granit— “ke sana,” katanya, menunjuk ke ruang di antara akar pohon besar yang menonjol dengan bercak lumut yang menggantung di atasnya.

"Dengan begitu, bahkan seorang prajurit yang berjalan di tepi jalan setapak akan jatuh."

"Ya, Lady Tessia," jawab peri bermata hijau, segera mulai melebarkan lubang sehingga memenuhi seluruh jalan.

Tessia melanjutkan perjalanan dan aku mengikutinya, melihat rambut abu-abu keperakannya yang panjang memantul di punggungnya. Dia benar-benar mengambil alih perintah. Aku tahu dia sudah memimpin tentara sebelumnya, dan dia telah dipukuli habis-habisan oleh Alacryan di Elenoir sebelumnya, tapi sekarang dia tampak percaya diri dengan perannya, dan para penyihir yang kami bawa bersama kami semua menunjukkan rasa hormatnya.

Pikiranku yang berkabut melayang secara acak, dan aku berpikir untuk meminta nasihat dari Tessia untuk mendapatkan kendali atas beast-willku, karena aku tahu dia sangat terbiasa menggunakannya dalam pertempuran. Tapi Aku harus mengingatkan diri sendiri bahwa sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk itu.
 
Aku sudah berbicara dengan Komandan Virion setelah dia mendengar lebih detail tentang apa yang terjadi di terowongan, dan dia menjelaskan bahwa semakin kuat mana-beast, semakin sulit untuk melepaskan beast-willnya ... dan tentu saja, Boo bukan sembarangan mana beast biasa.

Lalu bagaimana sih Arthur bisa membuka beast-willnya begitu cepat? Aku menggelengkan kepalaku, tidak ingin jatuh ke dalam pemikiran untuk membandingkan diriku dengan kakakku.

Mencoba keberuntunganku sekali lagi, aku mengingat kata-kata Komandan Virion.

"Rasakan entitas asing yang kuat jauh di dalam inti mana dan keluarkan," gumamku, menutup mata.

Tidak merasakan apa-apa kecuali napas lembab Boo yang menggelitik leherku saat dia mengendusku dengan rasa ingin tahu, aku menghela nafas.

Di depanku, Tessia berhenti dan berbalik dengan alis terangkat. “Ellie, kau ikut?”

Aku mengangguk dengan panik dan berlari untuk menyusul.

Tak jauh dari perangkap lubang, dua dwarfs sedang mengerjakan semacam sihir tanah, menyebabkan tanah yang padat berguncang dan melunak. Aku belum pernah bertemu para dwarfs, meski aku pernah mendengar kedatangan mereka: saudara Hornfels dan Skarn Earthborn, sepupu Lance Mica.

Mereka menghentikan casting (perapalan mantra) mereka dan menegakkan tubuh saat kami mendekat, meskipun mereka tidak memberi hormat. Para dwarfs itu pendek dan lebar, seperti kebanyakan kerabat mereka. Mereka memiliki ciri-ciri yang sama: hidung lebar, pipi merah, dan janggut pirang kurus. Ekspresi mereka sangat berbeda, sehingga biasa untuk dianggap bahwa mereka adalah saudara kembar.

Yang satu menyeringai, menatap Tessia seolah-olah dia adalah sahabatnya yang telah lama hilang yang muncul kembali setelah hilang selama satu atau dua dekade, sementara yang lain memelototinya seolah-olah dia baru saja mengatakan sesuatu yang sangat tidak baik tentang ibunya.

“Bagaimana persiapannya?” Tessia bertanya sambil membungkuk dan mengusap tanah yang digarap.

"Cukup baik," gumam dwarfs yang cemberut. “Ini baru persiapan, seperti katamu. Mantra yang sebenarnya diluncurkan saat gerobak tiba."

"Lalu, shoop," sela dwarfs yang tersenyum itu. “Ban gerbong akan tenggelam dan menempel dengan cepat. Butuh selusin kuda untuk menariknya keluar."

Tessia menekan tangannya ke tanah yang lunak. “Kau mungkin dwarfs pertama yang mengerjakan sihir dwarfs di hutan Elshire,” katanya pelan sebelum berdiri tegak. "Dan merupakan suatu kehormatan bisa bekerjasama denganmu."

Dwarfs yang menyeringai itu menyeringai lebih lebar, kurcaci yang cemberut itu merengut lebih dalam. Tessia memberi mereka anggukan hormat sebelum berbalik dan berjalan ke hutan.

Mata para dwarfs tertuju padaku saat aku berdiri di sana, menatap mereka. Aku pikir sangat buruk bahwa raja dan ratu dwarfs mengkhianati Dicathen. Mereka akan meninggalkan orang-orangnya dalam posisi yang sulit. Aku pikir sangat berani bagi para Earthborn ini untuk mencari kami, ketika sebagian besar kerajaan dwarfs berkhianat untuk mendukung penjajah.

“Bisakah kami, mungkin, membantumu dengan sesuatu, Nak?” tanya dwarfs yang cemberut, membuatku terkejut dan mencari-cari Tessia.

Ellie, kau i—”

"Aku ikut!" Aku berteriak.

Sambil melambai canggung kepada para dwarfs, aku melompati batu setinggi lutut dan berlari ke arah Tessia.


Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas. Banyak bonusnya juga. Dengan harga terjangkau kalian bisa baca banyak novel.

Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 443 Bahasa Indonesia