Novel The Beginning After The End Chapter 337 (Bag 3) Bahasa Indonesia
Bab 337: Lapisan-lapisan (Bag 3)
Terlepas dari upaya terbaikku untuk menjaga diri tetap tenang, jantungku berdegup kencang saat aku duduk bersila di rumput yang kasar. Terakhir kali aku mencoba memasukkan aether ke dalam telur Sylvie, rasanya seperti aku membuka penutup besar di bak mandi yang menguras air dengan cepat. Tapi itu jauh lebih baik daripada percobaan pertamaku, tak lama setelah aku membentuk inti aetherku.
Berdasarkan tebakan terbaikku — jauh lebih sulit bagiku untuk menentukan status inti aetherku daripada inti manaku — pertumbuhanku dari di Kota Maerin hingga sekarang secara signifikan lebih tinggi daripada apa yang telah ku capai pada ascent pertama.
Tidak perlu banyak waktu untuk melakukan perjalanan singkat ke bukit, tetapi aku masih memutuskan untuk menyerap sebanyak apapun aether yang bisa ku temui dari atmosfer sebelum memulainya. Prosesnya secara signifikan lebih lambat daripada di Relictomb, di mana atmosfernya kaya dengan aether, tetapi aku terus menyerap sampai inti ku benar-benar penuh.
Untuk memastikan peluang suksesku lebih maksimal, aku kemudian melepaskan beberapa aether dari intiku, membiarkannya bergerak secara alami ke seluruh tubuhku tanpa mengarahkannya dengan kesadaranku. Sebagian besar aether bergerak ke arah tanganku—atau, lebih tepatnya, ke arah telur Sylvie—dan sebagian lainnya hilang, tetapi setelah sekitar tiga puluh menit bermeditasi, intiku meluap dan tubuhku tenggelam dalam partikel aether yang mengambang bebas.
Sensasi itu memberiku perasaan pusing, seperti aku baru saja minum dan hampir mabuk.
"Baiklah, Sylv," bisikku. "Mari kita lihat apakah ini berhasil."
Mencengkeram batu pijar dengan kuat, aku memejamkan mata dan merasakan pancaran hangat dari inti aetherku di dalam tulang dadaku. Membayangkan saluran aether yang mengalir di seluruh tubuhku terhubung ke intiku seperti jalan jalan kecil, masing-masing dengan gerbangnya sendiri menahan aether sampai aku melepaskannya, aku mengatur gerbang itu di pikiranku.
Penting untuk memastikan bahwa semua aether mengalir ke dalam telur, tetapi juga penting bahwa aku menyalurkan aether dengan cukup cepat untuk mengimbangi daya serap di dalamnya. Tentu saja, jika aku hanya mengirimkan ledakan aether yang tidak terkendali, sebagian besar akan menghilang ke atmosfer alih-alih mengalir ke dalam telur.
Serentak, aku membuka gerbang saluran dan mendorong. Tubuhku menjadi panas saat banjir aether mengalir melalui saluran yang ku tempa dengan lava. Awalnya aku terlalu fokus untuk mencegah aether melarikan diri atau terserap ke tubuh fisikku agar seluruh aether bisa mengalir ke telur, saat semakin banyak aetherku terserap ke dalam telur, aku terkejut rencana itu berhasil.
Lebih banyak aether murni yang ditarik ke dalam telur, sekarang, hanya sedikit energi tidak murni yang mengalir keluar—peningkatan yang signifikan.
Jalur spiral di dalam telur, di mana aether ditarik ke jantung telur, mulai bersinar dengan cahaya amethyst yang semarak. Di sekelilingku, puncak bukit bermandikan cahaya ungu, tersiram bayangan hijau, merah, dan biru.
Intiku mulai terasa sakit, seperti otot yang kejang, saat aether terakhirku terserap ke dalam telur.
Cahaya memudar saat telur yang bersinar terang itu menjadi redup, lalu padam.
Kemudian, dari dalam telur kecil yang kubawa sejak terbangun di Relictomb itu, terasa retakan. Lebih seperti sesuatu yang ku rasakan bukan kudengar, seperti suara menginjak es yang tipis dan merasakannya retak di bawah kakiku.
Aku menunggu sesuatu terjadi. Akankah batu itu meledak terbuka saat aether bersatu kembali ke dalam bentuk ikatanku, seperti saat dia memudar menjadi telur di depan mataku? Atau apakah dia akan dilahirkan kembali dari telur itu sendiri, merangkak keluar seukuran anak kucing yang baru lahir?
Beberapa detik berlalu, dan aku mulai gugup. Setelah satu menit berlalu, aku tahu ada yang tidak beres.
Tidak ada lagi aether yang berputar-putar di dalam telur. Telur itu telah melahap habis semua aether yang telah ku berikan, tetapi itu belum—
Aku membeku. Ada yang berbeda. Aku bisa merasakannya, bahkan jika aku tidak bisa melihatnya.
Meskipun intiku sakit karena terkuras, aku menghabiskan beberapa menit mengumpulkan aether, cukup untuk mengirim sedikit tambahan aether ke telur. Telur Sylvie menyerapnya dengan lahap, tetapi tidak seperti sebelumnya, aether tidak berputar ke tengah telur.
Garis bintik ungu mengikuti jalur geometris bersudut tajam saat aether diserap.
Aku menjatuhkan wajahku dengan pasrah, rambut pirang gandum yang kuwarisi dari Sylvie mengalir di wajahku. "Lapisan lainnya." Kata-kata itu keluar seperti daun mati, kering dan setipis kertas.
Jika aku memperhitungkan kompleksitas dari jalur baru itu, aku yakin daya serap aether di lapisan baru ini akan membutuhkan lebih banyak aether daripada yang pertama.
Dan itu mungkin bukan lapisan yang terakhir.
Tanganku gemetar saat ejekan pahit keluar dari bibirku. Kegembiraanku berubah begitu tiba-tiba menjadi kekecewaan membuatku terpana, menatap kosong ke telur itu sampai penglihatanku kabur.
Menghembuskan napas gemetar, aku mengingat nasibku sendiri dan menghapus air mataku sebelum menekan telur warna-warni itu ke dahiku.
“Bahkan jika itu membutuhkan semua aether di Relictomb, aku akan mengeluarkanmu dari sana, Sylv.”
*sob ðŸ˜
Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas.
Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang Ink!
