Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 340 (Bag 3) Bahasa Indonesia




Bab 340:  Beban dan Kepentingan (Bag 3) 

Edmon menggeser setumpuk perkamen dan membuka gulungan dokumen yang menjelaskan rincian pekerjaanku di Central Academy berdasarkan ketentuan hukum. Aku terkejut melihat bayarannya, yang bahkan tidak terlintas di benakku.

"Jika kau tidak memahami beberapa bagian dari kontrak ini ..." Edmon mengangkat bahunya yang membungkuk. "Bukan tugasku untuk menjelaskan semuanya padamu."

Mengambil pena yang ditawarkan, aku menulis namaku, tanganku secara otomatis menulis tanda tangan yang sama dengan yang ku gunakan untuk menandatangani dokumen resmi sebagai raja. Tangan kurus Edmon mencabut kontrak itu begitu aku selesai, dan dia menggantinya dengan selembar perkamen datar dan dua gulungan panjang yang diikat dengan cincin besi.

“Ini”—dia menunjukkan perkamen—“ada jadwalmu di sana, dan yang ini”—dia menunjuk pada gulungan—“adalah kurikulummu untuk pelajaran Melee Enhancement Tactics dan daftar peraturan akademi. Bacalah dengan sangat, sangat teliti, karena aku bersumpah demi Vritra, aku tidak akan melunak demi paman kriminalmu ... "

"Dengar," kataku, mulai kehilangan kesabaran dengan komentar sinis pria itu, "Aku tidak tahu kesepakatan apa yang kau buat denga—"

"Kesepakatan?" matanya melebar. “Aku di ganggu pemabuk tua itu dan dipaksa untuk mempekerjakan keponakan wogart-nya, dan kau sebut ini kesepakatan? Hanya karena dia pikir kau layak, bukan berarti aku juga memikirkan hal yang sama. Sekarang pergi dari kantorku, dan jangan kembali, atau aku akan—”

Mulut pria itu mengatup rapat saat niat aetherikku menekannya, menghempaskannya kembali ke kursinya. Matanya melotot, seperti serangga, dan jari-jarinya mencakar permukaan mejanya, mengenai beberapa gulungan.

“Aku juga senang untuk menganggap percakapan ini tidak perlu terjadi apa lagi terulang,” kataku, suaraku tenang dan tanpa emosi. "Tapi aku tidak suka di ancam." Untuk menekankan maksudku, aku memperkuat auraku, menyaksikan napas pria pucat itu tercekik oleh tekanan. “Aku tidak tahu mengapa kau takut pada Alaric, tetapi akan lebih bijaksana untuk menyampaikan perasaan itu kepadaku juga … setidaknya.”

Meraih kertas-kertas dari mejanya, aku menghilangkan tekanan aetherikku dan keluar dari kantornya.

'Apa yang ku lewatkan?' Tanya Regis, proyeksi mental suaranya keluar seolah-olah dia sedang menguap.

'Hanya menambah teman, aku bercanda. Kau kenal aku.'

Rekanku mendengus, dan aku merasakan kesadarannya melayang lagi saat dia "tidur", yang baginya lebih ke meditasi sementara dia menyerap aether dari intiku.

Kembali ke lantai dasar, petugas meja depan melihat ke atas ketika aku melangkah keluar. “Apa urusan administrasinya sudah selesai? Perlukah aku menyuruh seseorang untuk memberimu tur kampus atau memperkenalkanmu ke fakultas lain?

“Tidak, aku sudah melakukan perjalanan panjang untuk ke sini dan hanya ingin melihat kamarku,” jawabku, mengungkapkan kembali alasan yang pernah aku berikan kepada high mage di Ascenders Association. "Bisakah seseorang menunjukkan jalannya kepadaku?"

Pemuda itu tersenyum penuh pengertian. “Tentu saja, Profesor Grey. Mohon tunggu sebentar. Adelaide?”

“Hm?” Seorang wanita muda yang sedang membaca di sebuah meja mengintip dari balik gulungannya.

"Bisakah kau mengawasi meja depan sementara aku mengantar Profesor Gray ke kamarnya?"

"Hm," katanya dalam penegasan saat matanya kembali ke bacaannya.

Sambil menggelengkan kepalanya dan menatapku dengan pandangan kecewa, pemuda itu memimpin jalan keluar dari gedung dan berbelok ke kanan. Kami melewati di antara dua barisan pagar tanaman setinggi pinggul yang memisahkan area berumput luas tempat para siswa duduk-duduk dan mengobrol, membaca gulungan, dan berlatih.

“Kelas belum dimulai, tentu saja, tetapi siswa diharapkan datang lebih awal, dan administrasi menjaga agar semuanya tetap terbuka sehingga semua orang yang kembali dari jam istirahat dapat bersenang-senang sejenak sebelum pekerjaan dimulai.”

Pemanduku terus mengobrol, tampaknya merasa perlu memberiku tur meskipun aku bersikeras bahwa itu tidak perlu. Dia memberi tahu nama-nama bangunan, pekarangan, dan alun-alun, serta sejarah keluarga ternama.

Meskipun aku memiliki pertanyaan, aku tidak nyaman bertanya kepadanya, dan malah mempertahankan suasana lelah, sedikit bosan. Tidak perlu memberi pria muda yang banyak bicara itu alasan untuk curiga terhadapku.

Setelah kami melewati sebuah bangunan gelap yang tampak membayangi jalan setapak, aku melihat sesuatu yang benar-benar menarik perhatian.

"Apa itu portal?" Aku bertanya, melihat lengkungan batu berukir rune. Itu tampak persis seperti gerbang teleportasi di Dicathen.

“Tentu saja!” kata pemanduku dengan antusias. “Seperti yang baru saja akan kukatakan, Chapel (tempat suci) itu”—dia menunjuk dengan ibu jarinya ke bangunan dari batu hitam yang terpisah—“adalah hadiah pribadi dari High Sovereign, dan menampung koleksi relic dan artefak dari Central Academy. Itu ditempatkan di sana karena High Sovereign ingin itu untuk menjaga dan melindungi portal Relictombs.”

Tidak ada energi portal yang berkilauan seperti saat portal aktif, tapi aku bisa melihat serangkaian kontrol yang familiar di sebelahnya. “Bisakah portal ini diatur untuk pergi ke mana pun, atau hanya ke Relictomb?” tanyaku, berpura-pura penasaran saat memikirkan Dicathen dan keluargaku.

“Oh, benda itu sangat keren, sebenarnya,” pemanduku menyembur. “Ternyata, dulu sekali, portal semacam ini ada di mana-mana, menghubungkan semua Alacrya. Tetapi selama perang kuno, banyak yang dinonaktifkan atau dihancurkan. Central Academy dibangun di tempat ini—meski jauh di luar Kota Cargidan—hanya karena portal itu masih ada.”

Aku sudah menunggu.

Petugas muda itu menyeringai padaku sejenak. “Oh, benar. Sihir apa pun yang membuat portal ini bekerja di masa lalu telah rusak, tetapi Sovereign telah memodifikasinya menjadi tempus-warp yang bisa menembus langsung ke level kedua dari Relictomb. Kau harus memiliki token untuk mengaktifkannya, tetapi tokenmu sekarang harusnya sudah di kamarmu.”

Sayang sekali, pikirku. Meskipun portal itu masih beroperasi secara normal, mungkin tidak sampai ke Dicathen, dan menghubungkannya kembali ke kampung halamanku akan terlalu berbahaya.

'Mungkin kau bisa menggunakan ...kekuatan Aroa untuk memperbaikinya?' Regis mengusul. 'Seperti yang kau lakukan dengan portal rusak di Relictomb.'

Jika kita perlu meninggalkan Alacrya dan tidak berencana untuk kembali, aku akan mencoba itu, jawabku. Tapi untuk saat ini, aku membutuhkan akses ke Relictomb untuk mempelajari dan menguasai aspect of Fate (kekuatan takdir).

"Jadi akademi dibangun di sekitar benda itu?" tanyaku saat kami pindah.

"Betul sekali. Central Academy dulunya seperti kota mandiri. Itu masih beroperasi secara terpisah dari Cargidan, dengan direktur terhubung langsung dengan Taegrin Caelum, ”jawabnya penting. “Aku yakin kau sudah tahu ini, tetapi Sovereign sangat menghargai pendidikan dan perkembangan prajurit muda dan ascender, itulah sebabnya sekolah seperti Central Academy memiliki posisi sendiri dalam politik di luar standar struktur pemerintahan dan blood."

Aku tenang ketika menyadari pemuda ini akan memberi tahu apa pun yang ingin ku ketahui saat dia dengan senang hati melanjutkan menjelaskan fakta dasar yang perlu dipahami dengan baik tentang akademi dan perannya dalam masyarakat Alacryan. Menahan seringai, aku membayangkan bagaimana pembicaraan yang tidak berhenti itu akan sangat menjengkelkan bagi seorang profesor asli dari Alacrya.

Namun, bagiku, percakapannya yang tidak bijaksana membuatnya menjadi pemandu yang sempurna, dan membuatku untuk menyelidiki tanpa khawatir akan membocorkan identitasku.

***

Akhirnya, hampir satu jam kemudian, aku duduk di sofa empuk di kamar pribadiku di sebuah gedung bernama Windcrest Hall. Rupanya itu dinamai dengan nama keluarga high-blood sebagai ucapan terima kasih atas kontribusi mereka pada akademi, tetapi aku telah mengabaikan sebagian besar pelajaran sejarah yang ku terima dari pemandu muda yang cerewet.

Apartemen tiga kamar secara signifikan lebih bagus daripada yang ku harapkan. Rupanya Central Academy bahkan memperlakukan profesor baru mereka dengan akomodasi terbaik. Itu tidak besar, tetapi ruang tamu berisi kristal proyeksi, seperti yang pernah kulihat di luar toko accolades, serta meja kecil yang dirancang khusus untuk permainan yang pernah diajarkan Caera kepadaku di Relictomb.

Ada rak buku kosong dan meja tulis kecil, serta sofa tempatku duduk, dan jendela ceruk besar yang menghadap ke kampus. Kamar tidur yang nyaman dan kamar mandi mewah terbuka dari ruang tamu.

Aku terkejut melihat tidak ada dapur atau peralatan untuk memasak, tetapi pemandu itu dengan tertawa meyakinkan bahwa aku bisa meminta makanan atau buku apa pun dari perpustakaan akademi untuk diantar ke kamar  kapan saja oleh runner (kurir).

"Tidak terlalu lusuh," kata Regis dari tempat dia berbaring meringkuk di lantai. “Akan lebih baik jika mereka memberi kita tempat tidur kedua untukmu, tapi kurasa kau akan baik-baik saja di sofa, kan?”

Aku menghela lelah. Terlepas dari kenyataan bahwa ini baru sore hari, perjalanan dari Sehz-Clar terasa seperti memakan waktu berhari-hari. Aku bisa bertarung selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, tetapi berurusan dengan drama ini membuatku lelah.

Sulit dipercaya aku entah bagaimana kembali ke sekolah lagi sebagai seorang guru. Tapi kali ini, taruhannya jauh lebih tinggi.



Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas.
 
Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang Ink!
 



 

Komentar

  1. Terima kasih atas ink creditnya dari beberapa reader yang baru bergabung di tapas. Jangan lupa like chapter terbarunya di tapas sebagai ucapan terima kasih pada author.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kapan up lagi min? Biar udah baca di tapas tetap nunggu terjemahan disini. Klo nerjemahin sendiri pake google translate ngerti kagak puyeng iya

      Hapus
  2. Makasih udah up min di tunggu episode mendatang

    BalasHapus
  3. Trimakasih uda update min ��

    BalasHapus
  4. Penjara udah
    Sekolah udah
    Depannya apalagi...
    Perang?🗿

    BalasHapus

Posting Komentar