Novel The Beginning After The End Chapter 349 (Bag 1) Bahasa Indonesia




Bab 349:  Harapan dan Kebohongan (Bag 1)

ELEANOR LEYWIN

Mana-arrowku mengenai segumpal tanah tandus, menyebabkannya pecah menjadi asap debu. Panah itu terus meluncur menuju golem yang melempar tanah tadi, mengenainya di pelipis sebelah kanan. Meskipun bagian dari kepala golem itu runtuh, tampaknya itu tidak cukup untuk dianggap sebagai serangan fatal, karena tumpukan tanah dan batu itu masih bergerak, mempersiapkan serangan lain.

Di waktu yang sama, golem kedua muncul, tumbuh menonjol dari tanah. Makhluk itu memiliki kapak batu besar yang diarahkan ke kepalaku.

“Gumpalan tanah dan kapak tumpul? Aku sudah berlatih dengan Lance, Hornfels,” kataku dengan sembrono saat aku menghindari serangan kaku oleh golem yang menggunakan kapak.

Serangan kapak itu datang dari samping, diarahkan ke pinggulku, tapi aku melakukan salto ke belakang. Memperkuat busurku dengan mana, aku memukul kaki golem itu, lalu membentuk dua arrow bersinar di tali busur-elfku sebelum kembali ke posisi berdiri. Memegang kedua mana-arrow di antara jariku, aku menembaknya ke lintasan yang sedikit berbeda sehingga yang satu menusuk dada golem yang menggunakan kapak, sementara yang kedua menusuk golem lainnya tepat di tenggorokan.

"Tembakan yang bagus, Ellie!" teman baruku Camellia berteriak.

Aku melontarkan senyum lebar pada elf muda itu, lalu berteriak kaget saat tanah di bawahku menjadi lumpur. Saat aku berlutut, tiga golem lagi tumbuh dari tanah dan melotot ke arahku.

Aku menjatuhkan diriku ke dalam lumpur untuk menghindari pukulan keras dari kepalan batu itu. Tanahnya mengeras, menjebak setengah badanku di lantai gua yang mengeras sekeras batu. Aku memuntahkan seteguk lumpur.

"Yuck," erangku, mencoba menyesuaikan posisiku tetapi benar-benar terjebak.

"Jangan lupa, aku juga pernah berlatih dengan Lance, kau ranting kecil yang terlalu percaya diri," kata Hornfels dengan riang.

Langkah kaki lembut melesat ke arahku. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Camellia.

Hornfels tertawa kecil, dan batu itu berubah menjadi pasir, aku bebas. “Dia akan baik-baik saja. Jangan caper padanya, girl. Gadis itu cukup besar kepala (sombong).”

Aku menarik diri keluar dari lubang pasir dan membersihkan diri. "Aku tidak besar kepala!"

Seseorang mendengus sinis, dan aku menoleh,  dua sosok yang familiar berjalan ke arah kami.

"Jasmine! Emily!” Aku berteriak dengan penuh semangat. "Datang untuk melihat betapa hebatnya perkembanganku?"

“Ya, memang tidak besar kepala ya…” Camellia menggoda. Aku mendorong bahunya dengan canda, dan dia menyikut tulang rusukku, lalu menjauh sebelum aku bisa membalasnya kembali.

"Aku hanya perlu memastikan yang satu ini tidak cari masalah," kata Jasmine, mengangguk ke Camellia.

Si petualang yang bermuka serius itu tidak banyak berubah sejak aku masih kecil. Aku menyukai semua anggota Twin Horns, tetapi sedikit takut pada Jasmine. Ketika Helen, Durden, dan Angela Rose awalnya dibawa ke Sanctuary, Jasmine tidak ikut dengan mereka. Camellia telah memberitahuku semua hal tentang bagaimana Jasmine menyelamatkannya, jadi aku senang dia kembali.

"Sebenarnya, kami sedang mencari Hornfels," Emily menyela. "Helen menyarankan agar kami juga menyempatkan waktu untuk berlatih."

Tidak seperti Jasmine, Emily telah banyak berubah dalam waktu yang cukup singkat. Ada sisi keras dalam dirinya yang pasti belum pernah dia miliki sebelumnya, dan kadang-kadang aku melihatnya menjadi kosong dan dingin. Dia sudah memotong rambutnya setelah terbakar dalam ledakan, tapi setidaknya alisnya tumbuh kembali.

Aku sangat senang ketika dia tiba dengan Twin Horns dan Gideon. Kami bukan teman dekat atau sejenisnya, tetapi Emily selalu baik padaku, dan dia bahkan membuat busur khusus ku dulu yang cocok dengan teknik mana murniku.

Dia benar-benar jenius, jadi tidak terlalu mengejutkan bahwa dia menemukan cara untuk bertahan hidup. Dia dan Gideon telah ditangkap oleh Alacryan dan dipaksa bekerja untuk mereka, tetapi Twin Horns telah membantu menyelamatkan mereka. Atau mereka membantu menyelamatkan Jasmine? Aku masih agak bingung dengan detailnya.

Dia juga kecewa ketika mendengar bahwa busurku telah hancur. Sayangnya, kami tidak memiliki bahan dan alat yang dia butuhkan untuk membuat busur yang lain di Sanctuary, jadi aku terjebak untuk menggunakan busur latihan ini.

Sangat bersyukur mereka berdua selamat. Dan melihat wajah-wajah yang sudah akrab juga baik untuk kesehatan Ibu. Dia mulai memiliki sedikit semangat ketika mengetahui bahwa banyak teman kita masih hidup di luar sana, menunggu bantuan datang.

"Lagipula aku sudah selesai dengan Princess Leywin," cemooh Hornfels, membuat Camellia terkikik.

"Hei!" kataku dengan marah.

“Seorang Princess lagi? Sesuai dengan apa yang kita butuhkan…” kata Jasmine, dan dia tampak sangat serius sehingga aku tidak tahu apa dia bercanda atau tidak.

"Jangan pedulikan dia," kata Camellia, mengerutkan hidungnya. "Dia tidak pandai mengekspresikan dirinya."

Jasmine mengangkat alis pada gadis elf itu. “Hati-hati, Skunk (dasar bau).”

Camellia menyilangkan tangannya dan menjulurkan lidahnya ke arah Jasmine.

"Baiklah kalau begitu," kata Hornfels, tertawa keras. "Memang seperti Watsken yang ku kenal, tetapi kau harus memanduku dengan kemampuanmu, Nona Flamesworth ..."

Perhatianku teralihkan dari yang lain saat Jasmine dan Hornfels mulai mendiskusikan tentang sparring.

Kami telah memilih tanah datar di atas bukit yang cukup luas sebagai tempat latihan kami. Jaraknya cukup jauh sehingga kami tidak akan merusak sesuatu saat latihan. Aku juga menyukainya karena bisa melihat ke bawah ke arah desa, dan aku bisa melihat hampir setiap rumah dari atas sini, dan sebagian besar terowongan di luar pemukiman.

Curtis dan Kathyln Glayder sedang berjalan cepat menuju terowongan gerbang teleportasi. Setelah apa yang terjadi di Elenoir, kebanyakan dari kami tidak pernah meninggalkan Sanctuary, tetapi para Glayder, bersama dengan beberapa penyihir kuat lainnya, masih menjalankan misi untuk mencari lebih banyak pengungsi.

Anggota ekspedisi kami ke Elenoir menjadi cukup dekat setelah kami semua kembali dari Elenoir. Kathyln menganggapnya sebagai "berbagi penyesalan." Masing-masing dari kami berpikir kami bisa—seharusnya—berusaha lebih baik untuk memastikan Tessia aman.

Satu-satunya yang tampaknya tidak tertarik pada keselamatan kami adalah si penjaga elf, Albold. Rupanya dia ingin segera kembali ke hutan ketika Tessia dan aku tidak kembali, tetapi Virion tidak mengizinkannya. Kemudian, ketika Bairon memastikan bahwa Elenoir benar-benar musnah, yah…

Aku menggelengkan kepalaku. Aku mencoba mempertimbangkan bagaimana rasanya jika Sapin yang…musnah, tapi…

"Ellie, kau baik-baik saja?" Camellia bertanya, menyenggolku dengan sikunya.

"Tentu saja," kataku sambil menyampirkan busur di bahuku. “Tapi aku cukup lelah. Aku rasa sudah cukup untuk hari ini, oke?”

Melambai kepada yang lain, aku berbalik dan mulai turun ke kota, tidak yakin apa yang harus ku lakukan. Aku lelah, tapi aku juga…

Aku benar-benar tahu lagi. Aku tidak tahu lagi bagaimana merasakannya, jadi aku mulai menekan semuanya untuk dipendam.

Apa begitu cara kau menghadapinya, Kakak? Aku bertanya-tanya.

Sambil menghela, aku menendang batu di jalan setapak yang ku lewati. Itu Terbang jauh melewati tepi, akhirnya mendarat dengan percikan di sungai.

Kenyataanya aku dikelilingi oleh orang-orang yang telah kehilangan segalanya. Aku kehilangan ayah dan kakakku—dan masa kecilku—karena perang, tetapi kemudian Aku memikirkan Camellia…seluruh keluarganya telah terbunuh selama invasi, rumahnya hilang, sebagian besar orang yang pernah dia temui sudah mati…

Aku ingin memahaminya. Aku ingin membantu Camellia dan Virion dan yang lainnya, tetapi aku tidak dapat memahami apa yang mereka alami.

Albold adalah satu-satunya anggota elf lain dalam kelompok kami. Mungkin egois bagi ku,  Aku ingin dia membantuku untuk memahami apa yang dia rasakan, tetapi dia sudah cukup lama menyendiri.

Ada elf lain yang bisa kuajak bicara, tentu saja. Komandan Virion yang ada di rapat sepanjang waktu, dan, meski aku ingin berbicara dengannya, aku tidak diizinkan sudah selama berminggu-minggu.

Rinia mengatakan dia terlalu lemah untuk menerima pengunjung, tetapi dia tidak pindah kembali ke Sanctuary. Aku merasa ada sesuatu yang terjadi antara Virion dengannya. Aku hanya tidak bisa menebak itu apa. Dan karena tidak ada yang berbicara denganku, yah…

Dekat dengan Camellia juga cukup bagus, setidaknya. Ada beberapa anak lain di Sanctuary, tetapi tidak ada yang mengerti apa yang ku alami sebaik dirinya. Mungkin karena nasib kami sangat mirip sehingga kami berdua berjuang untuk benar-benar memahami apa yang telah terjadi. Sebelum Jasmine menyelamatkannya, dia sudah kehilangan seluruh keluarganya, dan tampak pasrah ketika serangan datang di tanah airnya.

Ada orang lain juga, tapi tidak ada orang yang ku rasa bisa ku ajak bicara. Jika Tessia masih di sini, dia bisa—

Bisakah dia? Aku mengingat kembali saat itu di kota elf kecil, bersama Tessia, yang terlihat cantik, berdiri di atas rakyatnya yang terkejut dan bingung…

Sambil menggelengkan kepala, aku berpaling dari pikiran itu. Sebaliknya, pikiranku kembali ke Albold. Aku telah mencarinya beberapa kali selama beberapa minggu terakhir, tetapi tidak menemukannya. Tetap saja, mencoba lagi tidak ada salahnya, kataku pada diri sendiri, dan mungkin dia Ingin berbicara kepadaku sama seperti aku ingin berbicara dengannya.

Meskipun aku yakin dia tidak akan ada di sana, aku tetap menuju balai kota terlebih dahulu. Albold belum pernah ke pos jaga regulernya sejak aku memberikan laporanku kepada dewan, tapi aku benar-benar tidak yakin harus mencarinya kemana lagi.



Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas.
 
Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang Ink!
 




Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 443 Bahasa Indonesia