Novel The Beginning After The End Chapter 354 (Bag 3) Bahasa Indonesia

 



Bab 354:  Sedikit Mengajari (Bag 3)
 
Dua hari kemudian, ketika aku memasuki kantorku untuk kelas berikutnya, aku terkejut menemukan setengah dari siswa sudah menungguku. Rafferty, kepala Melee Combat Department (Departemen Pertempuran Jarak Dekat), juga ada di sana, duduk di barisan paling dekat dengan platform pelatihan.

Enola berdiri di depannya, melemparkan pukulan yang sama seperti yang ku tunjukkan pada sesi terakhir.

"—mulai dari kaki, tungkai dan pinggul, seperti ini..." Aku mendengar dia berkata saat aku menuruni tangga. Matanya berbinar saat dia berjalan ke arahku.

"Aku sudah berlatih pukulan yang kau ajarkan kepada kami, dan kau benar! Skor kekuatan pada artefak pengukur menunjukkan kekuatan lebih dari dua kali lipat setelah menerima pukulanku, dan itu terus meningkat," katanya bersemangat sambil menunjukkan buku-buku jarinya yang babak belur.

"A-aku mengerti," jawabku, terperangah oleh kegembiraannya. Beralih ke Rafferty, aku membungkuk kecil padanya, hanya melirik tumpukan perkamen di tangannya.

"Aku ke sini untuk pemeriksaan standar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, Profesor Grey. Nona Frost di sini baru saja menjelaskan pelajaran terakhir darimu," kata kepala departemen sambil batuk.

Aku memberinya senyum hampa sebelum menuju ke bangku. Sambil menunggu siswa lainnya tiba, aku mendengarkan hiruk pikuk percakapan yang datang dari kelas. Mayla sedang duduk di tengah bangku di antara Seth dan Linden, satu-satunya siswa lain di kelas Melee Enhancement Tactics yang berasal dari Etril.

"Apa kau pikir kau akan mendapatkan rune kedua saat acara penganugerahan?" Linden bertanya pada Mayla. "Masih sulit untuk percaya bahwa kau mendapatkan emblem sebagai rune pertamamu ..."

Mayla menunduk malu. Meskipun dia percaya diri dan energik terhadap tugas di kelas, dia tampak kesulitan dalam berkomunikasi dengan siswa lain.

"Aku benar-benar tidak tahu," akhirnya dia menjawab. "Setiap orang yang mendengar tentang bagaimana aku mendapatkan ... rune itu semuanya terkejut. Tidak ada yang pernah mendengar hal seperti itu terjadi."

Linden menggelengkan kepalanya, mulutnya sedikit terbuka. "Kau sangat beruntung. Dari bukan siapa-siapa, lalu wham! Emblem."

Mayla memutar-mutar seikat rambut di jarinya tanpa sadar. "Ya…"

Marcus bersandar di kursinya dan melihat dari balik bahunya ke arah pasangan itu. "Rune pertamaku adalah crest. Aku berharap yang kedua muncul selama penganugerahan ini. Meski tidak sekuat emblem"—dia mengangguk kecil kepada Mayla, yang tersipu—"tetapi jika aku bisa mendapatkan yang kedua lebih cepat, aku mungkin bisa mendapatkan rune ketiga sebelum lulus dari akademi."

"Menurut perkataan kakekku," sela Valen dari beberapa kursi jauhnya, menarik perhatian hampir semua orang di ruangan itu, "kurang dari sepuluh persen siswa yang bisa memiliki tiga rune sebelum lulus, tapi itu masih lebih tinggi dibandingkan hampir semua akademi lain di Alacrya."

Marcus mengangkat bahu dengan acuh tak acuh, seolah-olah dia tidak menganggap angka-angka itu merepotkan.

"Aku sudah punya yang kedua," kata Enola, duduk di barisan depan. "Sebuah crest saat penganugerahan pertamaku di akademi."

Rafferty berdeham, dan semua mata tertuju padanya. "Ingat, upacara penganugerahan adalah waktu untuk introspeksi, dan penganugerahan adalah cerminan dari usaha kalian untuk menguasai pikiran dan mana. Kurangi fokus pada apa yang akan kalian terima, dan lebih memikirkan pada apa yang telah kalian lakukan untuk mendapatkannya. Profesor Grey, ayo mulai."

Mataku menyapu para siswa yang menungguku untuk berbicara. "Pada kelas terakhir, aku mengajari cara melesatkan pukulan yang benar. Kali ini, kalian akan melatih cara menghindar dengan benar."

Sebuah tangan terangkat. Itu adalah Mayla.

"Maaf, Profesor, tetapi apakah mungkin untuk meninjau pelajaranmu sebelumnya? Aku ingin memastikan bahwa aku melakukannya dengan benar," dia bertanya dengan tangan masih di udara.

"Tidak. Tanya pada teman sekelasmu, carilah temanmu sendiri," jawabku saat Yanick menyelinap melewati pintu, orang terakhir sudah tiba. Sebelum dia berjalan ke arah siswa lainnya, aku melambai padanya agar turun ke arena. "Yanick, waktu yang tepat. Kau yang jadi contohnya."

Dia mengerutkan kening dengan khawatir, tetapi langsung menuruni tangga untuk berdiri di sampingku.

"Aku akan melakukan dua pukulan padamu. Pukulan lurus tepat ke wajahmu, lalu pukulan hook kiri ke tulang rusukmu," kataku padanya.

"Hah?"

Aku mengangkat tinjuku. "Hindari itu."

Melangkah ke depan, aku melesatkan tinju kananku lurus ke wajahnya. Meski awalnya terkejut, Yanick masih bisa menjauh dari jangkauanku.

Berputar dengan kaki kananku, aku mengayunkan tangan kiriku melakukan hook.

Yanick mundur selangkah lagi untuk menghindar.

Aku melihat ke para siswa, yang sedang menonton dari bangku. "Apa kesalahan Yanick?"

"Dia melakukan terlalu banyak gerakan yang sia-sia," jawab Valen segera.

"Benar." Aku menoleh ke Yanick sekali lagi. "Lagi."

Rekan sparring kecilku mengangguk dengan serius, mempersiapkan dirinya kali ini.

Aku meninju lagi, membatasi kecepatan dan kekuatanku. Kali ini, Alacryan muda itu mencondongkan tubuh menghindari pukulab cross-ku bukan melompat ke belakang, lalu menangkis pukulan hook-ku.

"Lebih cepat."

Aku mengulangi latihan itu, dan respons Yanick sama, menghindar sebelum menangkis hook. Ketiga kalinya, sentakan di punggungnya memaksanya untuk mengambil langkah yang tidak direncanakan, dan dia baru saja menurunkan tangannya tepat pada waktunya untuk mencegat hook-ku.

Tinjuku mendarat tepat di pinggangnya pada pengulangan keempat, cukup keras.

Anak laki-laki itu batuk saat aku menoleh ke seluruh kelas. "Belajar menghindar secara efektif artinya kalian tidak hanya membuat lawan meleset, tetapi juga menciptakan peluang untuk membalas serangan pada saat yang sama."

Para siswa menatapku dengan minat baru; bahkan Deacon telah meletakkan bukunya untuk memperhatikan.

"Siapa yang mau mencoba selanjutnya," kataku, melambai pada Yanick. Kepang anak itu berayun saat dia melompat dari platform sebelum ke tempat duduk.

Beberapa tangan terangkat, dengan Enola praktis melambaikan tangannya untuk dipilih.

"Valen," kataku, melihat ke arah si highblood.

Portrel bersorak, tapi tampang Valen yang keren menenangkan anak laki-laki yang lebih besar itu.

"Kau mengerti apa yang harus dilakukan sekarang?" Aku bertanya, memasang kuda-kudaku.

Valen mengangguk saat dia meluncur kembali ke kuda-kuda yang aku kenali sebagai kuda-kuda penjaga Vechorian dari duel singkatku dengan tutornya, Drekker.

Ketika aku melakukan croos, dia mencondongkan tubuh ke depan, dan sikunya direndahkan untuk memblokir hook.

Aku mundur selangkah. "Perhatikan betapa kecilnya gerakan Valen. Dengan bersandar pada pukulan pertama, Valen menyiapkan dirinya untuk memblok hook dengan gerakan yang lebih kecil daripada yang Yanick lakukan, dan berada di dalam pertahananku untuk sebuah serangan balik."

Aku mengangkat tinjuku. "Mari kita lihat apakah dia bisa melakukannya lebih cepat."

Valen dan aku melakukan beberapa putaran lagi, dengan setiap kombinasi datang lebih cepat dan lebih cepat. Akhirnya, dia kalah cepat, dan cross mengenai pipinya, hampir menjatuhkannya ke lantai.

Meskipun melihat cucu kepala sekolah terkena pukulan, Rafferty tampak tidak terpengaruh saat penanya terus mencoret perkamen saat dia membuat catatan.

"Semuanya berpasangan. Maju mundur, bertukar posisi sebagai penyerang dan bertahan. Penyerang, mulailah dengan kecepatan rendah dan terus ditingkatkan."

"Terima kasih atas pelajarannya," kata Valen sambil membungkuk sebelum pergi.

'Sangat membosankan sekarang karena anak-anak begitu patuh,' gerutu Regis.

'Apa pelajaranku ini terlalu mendasar bagi senjata pemusnah dewa yang perkasa?' Aku bertanya sambil terkekeh.

'Ya, juga secara anatomis (bentuk tubuh) tidak berguna bagiku. Jika kau tidak mengajari mereka cara bertarung gaya serigala, lebih baik aku tidur siang,' jawabnya saat kehadirannya memudar.

Sisa sesi latihan berlalu dengan cepat, dan sebagian besar siswa tampak benar-benar terkejut ketika aku mengumumkan kelas berakhir.

"Pergi dari sini," teriakku dengan tidak sabar.

"Terima kasih, Profesor," kata Marcus sambil memimpin menaiki tangga. Beberapa yang lain mengangguk. Mayla memberiku seringai lebar dan melambai saat dia mengambil langkah keluar.

Rafferty berdiri, kertas-kertasnya terselip di bawah lengannya. Dia dengan cepat menyesuaikan setelan hitam dan birunya. "Gaya mengajarmu...tidak biasa, tapi efektif. Sepertinya aku tidak perlu terlalu khawatir, Profesor Grey."

"Terima kasih," kataku saat kepala Melee Combat Department menaiki tangga dan keluar dari kelasku.

Aku sibuk meletakkan barang-barang dan menutup semuanya. Aku hampir selesai ketika aku merasa seseorang memperhatikanku.

"Apa kau akan menunjukkan dirimu sendiri, atau hanya berdiri di sana dengan bertingkah menyeramkan?" Aku mengejek, menutup dan mengunci pintu kantorku.

Caera sedang bersandar di kusen pintu.

"Aku hanya sedikit terkejut melihatmu bersih-bersih," katanya dengan tangan menutupi mulutnya. "Aku tidak terbiasa melihatmu terlihat begitu tergesa-gesa."

'Memang tergesa-gesa,' Regis terkekeh.

Aku menghela nafas. "Jika kau akan mengolok-olok, setidaknya bantulah."

"Aku di sini untuk sesuatu yang lain," kata Caera, menegakkan tubuh. "Karena ada upacara penganugerahan mulai besok, kelas ditangguhkan selama beberapa hari ke depan ..."

"Aku tahu," kataku, berpura-pura tidak peduli. "Akhirnya aku punya waktu untuk melakukan tugas-tugas yang sudah ku tunda selama ini, bersama dengan beberapa pekerjaan rumah tangga lainnya."

Caera memutar bola matanya. "Jangan menggoda. Kita akan eksekusi rencana, kan?"

Senyum terbentuk di sudut bibirku.. "Tentu saja."



Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas.
 
Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang Ink!
 










Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 443 Bahasa Indonesia