Bab 362: Takdir Terjalin (Bag 3)
Agrona mengangkat bahunya yang besar. “Meskipun aku bisa menjelaskannya, aku tidak bisa membuatmu memahaminya. Setelah apa yang telah ku pelajari dari mencoba memicu reinkarnasi King Grey, selanjtunya aku memulai proses reinkarnasimu, ke dalam tubuh anak yang baru lahir dari keluarga magis terkemuka yang memiliki darah Vritra. Berhasil, seperti yang direncanakan.”
Menjaga langkahku tanpa emosi, aku duduk di bangku empuk yang membentang di sepanjang salah satu dinding aula. Bersandar ke dinding, aku menyilangkan kaki dan menunggu dia melanjutkan.
“Tetapi aku membutuhkan dua jangkar,” lanjutnya, “dan Cecilia tidak pernah dekat dengan yang lain. Kami mencoba beberapa orang, tetapi tidak ada jiwa yang cukup kuat untuk bereinkarnasi, jadi akhirnya aku mengesampingkan eksperimen itu. Tanpa jangkar yang sesuai, reinkarnasi Legacy terlalu berisiko; wadah yang tepat tidak bisa ditempa.”
Aku teringat kembali ke masa kecilku di Alacrya, pada pelatihan dan eksperimen tanpa akhir. Keinginan memiliki Cecilia kembali membuatku sanggup untuk menanggung siksaan apa pun. Meskipun aku tidak mengetahui kebenaran sepenuhnya tentang reinkarnasi dan tujuanku, dia selalu menjadi wortel yang digantung Agrona di depanku, keledainya. Menjanjikan bahwa, jika aku tumbuh cukup kuat, suatu hari nanti dia akan dapat mereinkarnasinya juga. Janji itu membuatku tetap waras.
“Lalu bagaimana denganku? Masa kecilku? Semua yang kau lakukan padaku?”
“Kami tidak tahu manfaat apa yang mungkin diberikan oleh reinkarnasimu, jadi aku menahanmu di sini, memerintahkan agar kau dibesarkan dan dilatih di antara Vritra. Kami mengujimu, bereksperimen padamu, dan kau membuktikan bahwa jiwa yang bereinkarnasi memang luar biasa kuat. Itu membuat harapanku tetap tinggi bahwa, suatu hari, aku dapat kembali ke rencanaku, dan Legacy akan menjadi milikku untuk dikendalikan. Sehingga…"
“Arthur…” Aku merasakan kepedihan saat aku menyebut nama itu, dan ingatan tentang waktu kita bersama di Akademi Xyrus muncul di pikiranku.
"Ya. Arthur. Entah bagaimana, lahirlah Leywin, di sebuah benua yang jauh, di luar wilayah kekuasaanku.” Agrona menggelengkan kepalanya dengan geli, menyebabkan ornamennya bergemerincing lagi. “Ah, Silvia. Memang pintar. Bersembunyi di alam liar Dicathen, terluka parah, namun masih menjadi duri bagiku.
“Baru setelah Cadell menemukannya, kami mengetahui kebenaran. Aku yakin Sylvia mengira dia telah menyembunyikan anak laki-laki itu, tapi sesaat sebelum dia menggunakan seni aether terkutuknya untuk membekukan waktu, dia menyadari. Siapa lagi? Anak manusia mana yang begitu penting sehingga Sylvia menghabiskan energinya dan membocorkan persembunyiannya kepada para pemburuku? Segera setelah aku mengetahui apa yang telah terjadi, aku jadi mengerti.”
“Jadi kau mengambil ingatanku dan mengirimku ke Dicathen, ke Rahdeas…” Hidupku sebagai Elijah berawal dengan para dwarf, sebuah cangkang kosong. Bahkan kekuatanku yang sebenarnya telah ditekan dan disembunyikan dariku. Aku bertanya-tanya, sekarang, akan jadi apa aku jika kehidupanku sebagai Elijah tidak direnggut dariku.
Akankah aku masih bisa mencapai puncak kemampuanku begitu cepat?
ku rasa tidak. Agrona telah mencuri potensi itu dariku, semua itu hanya untuk mendekatkanku dengan Grey.
“Tidak bisakah kau mengirimku sebagai mata-mata? Kenapa…” Aku menelan ludah dengan susah payah. “Kenapa menghilangkan ingatanku? Mengapa menghilangkan 'masa-masa' itu dariku?”
"Apa kamu pikir kamu bisa menahan diri untuk tidak menyerang Arthur saat kau melihatnya?" dia bertanya dengan seringai mengejek. "Bisakah kau menjalin persahabatan dan ikatan sejati dalam hidup ini, jika kau membawa dendam kehidupan lamamu?"
“Demi Cecilia, ya. Apapun itu,” jawabku, sangat ingin meyakini Agrona salah.
“Kemarahanmu adalah variabel yang tidak diinginkan. Mengapa aku harus mengambil risiko yang tidak perlu hanya demi kau? Dengan menghilangkan ingatanmu — pengetahuanmu tentang reinkarnasi dan kelahiranmu sendiri di Alacrya — aku bisa lebih aman menyatukan kalian, dua jangkar untuk reinkarnasi Legacy.”
Aku meletakkan kepalaku di tanganku dan membayangkan mencabut tanduk Agrona dari tengkoraknya dan memasukkannya ke dadanya, lagi dan lagi sampai tidak ada yang bisa dikenali darinya. "Bagaimana kau tahu aku akan bertemu dengan ... Arthur?"
Sebuah tangan berat bertumpu di atas kepalaku, dan aku memejamkan mata. “Kalian berdua terikat oleh takdir. Kau, Grey, dan Cecilia membentuk tiga poin dari array. Ku yakin kau akan menemukan jalan untuk bertemu dengan yang lainnya. Tapi aku menggerakkan mata-mataku, terlepas dari itu, dan mereka memperluas jaringan kami di seluruh Dicathen, dan aku menunggu."
“Itu bertahun-tahun sebelum dia muncul kembali di Xyrus. Tetapi orang-orang kami ditempatkan dengan baik di sana untuk mencarinya, dan begitu dia mengungkapkan dirinya, tidak ada salah lagi dari ciri-cirinya: ilmu pedang yang sempurna, penyihir empat emen, sihir yang terbangun pada usia dua tahun. Dan dia mengenakan bulu naga di lengannya.”
“Desakan tiba-tiba Rahdeas sehingga aku menjadi seorang petualang, terlepas dari usiaku…” gumamku, sudah memahami sisanya. “Dan kedekatan kami dengan putri elf, Tessia Eralith, yang membuatnya menjadi wadah yang sempurna untuk kembalinya Cecilia. Sama seperti di Bumi...seorang gadis yang mencintai Gray terlebih dahulu, yang bahkan hanya melihatku karena aku berdiri di sampingnya…”
Jari-jari kuat Agrona bergerak di rambutku sebelum tiba-tibw menyakiti menyentak kepalaku hingga aku menatap mata merahnya. “Apa yang kau harapkan terjadi, Nico? Bahwa kau dan Legacy akan pensiun ke kabin di hutan dan menjalani sisa harimu dengan riang dan damai, bermain-main dan bercinta dan melupakan semua yang pernah terjadi padamu? Setelah aku mendedikasikan waktu dan sumber daya yang banyak untuk reinkarnasinya? Tidak. Kau memiliki tujuan, yang dengan patuh, meskipun tanpa sadar, kau layani.”
Dia melepaskanku dan mulai berjalan menyusuri lorong, tapi aku belum selesai dengannya.
"Bagaimana dengan Grey?"
Agrona berhenti dan berbalik, memberiku kerutan bingung, seolah-olah dia tidak mungkin mengerti mengapa aku bertanya tentang musuh bebuyutanku. "King Grey... Arthur Leywin… Ascender Grey…namanya tidak lagi penting, karena dia tidak lagi penting. Perannya selesai, sama sepertimu. Aku menduga dia selamat karena putriku entah bagaimana mengorbankan dirinya menggunakan seni aether dari ibunya, dan itu menguntungkanku. Sylvie selalu menjadi bahaya yang lebih besar daripada teman quadra-elemental kecilmu itu.”
“Tapi bagaimana kau tahu ascender ini adalah Grey yang sama? Kenapa…” Aku menarik napas dalam-dalam, memegang bayangan Agrona di kakiku. "Mengapa mengirimku ke High Hall jika kau sudah tahu?"
"Seris memberitahuku beberapa waktu yang lalu," kata Agrona acuh tak acuh, seolah-olah dia mengacu pada rumor biasa yang tidak penting. “Dia berpikir sepertimu—bahwa Arthur entah bagaimana penting, berita tentang hidupnya yang tidak pasti itu penting. Kalian lesser dan pemikiran konyol kalian. Sejak retainernya Dragoth terbunuh di Dicathen—siapa namanya? Uto?—kalian seperti, 'Biarkan aku membunuhnya, High Sovereign !' 'Oh tidak, tidak, tolong, beri aku kehormatan!' Ada saatnya dia bisa menjadi ancaman, mungkin—ketika dia memiliki asura di sisinya, karena dia dekat dengan putriku—tetapi waktu itu telah berlalu.”
Aku merasakan fondasi yang telah menopang seluruh kehidupan baruku bergeser dan mulai runtuh di bawah kakiku. Dalam kedua kehidupan itu, Gray adalah teman terdekatku dan musuh yang paling aku benci. Bahkan lebih dari Cecilia, keberadaannya telah benar-benar mengubah jalan hidupku. Aku tidak akan membiarkan dia hidup begitu saja, mengetahui apa yang telah dia lakukan.
Dan apa yang masih bisa dia lakukan, pikirku. Selama Gray hidup, Cecilia tidak aman.
Namun Agrona mengabaikannya, mengabaikan kami berdua. Mengapa dia tidak mengerti ancaman dari Gray?
“Kau salah,” kataku dingin, berdiri dan perlahan mendekati lord Vritra yang tinggi. Dia tersenyum geli. “Tolong, izinkan aku untuk memburu Gray, High Sovereign,” kataku, berusaha untuk tidak memohon, tetapi sangat sadar bahwa kata-kataku adalah gema dari meniru caranya mengejek. “Ku pikir dia sudah mati sekali, tetapi entah bagaimana dia lolos dari balas dendamku. Berikan aku kesempatan lain. Setelah semua yang kau lakukan padaku, kau berhutang padaku. Kau harus memberi Grey padaku.”
Senyum Agrona berubah menjadi agak masam, sedikit mengasihani. “Kau tidak berhutang apa-apa. Tetapi jika kau ingin kabur dan melakukan balas dendammu, jadilah tamuku. Mungkin membunuhnya akan memuaskan rasa kalahmu darinya yang tiada habisnya. Dengan asumsi dia tidak membunuhmu terlebih dahulu.” Agrona mengangkat bahu seolah-olah dia benar-benar tidak peduli. “Namun, pertama-tama, kembalilah ke Legacy. Dan jangan lupa. Cecilia adalah masa depan. Pastikan dia memiliki semua yang dia butuhkan.”
Agrona berbalik dan bergerak dengan kecepatan yang tidak wajar di lorong, meninggalkanku dalam kekecewaan dan kemarahanku. Aku tidak butuh persetujuanmu. Aku akan menemukan Grey. Aku akan menemukannya dan aku akan membunuhnya, dan kali ini, dia tidak akan kembali.