Bab 368: Victoriad (Bag 6)
Seris bersandar pada kaca pelindung yang menghadap ke ruangan. "Kau yang sekarang mudah ditebak, Grey."
"Oh," aku membalas, mengangkat alis ke arah Scythe. "Berapa banyak dari pencapaianku yang bisa kau prediksi, tepatnya?"
Bibirnya terbuka untuk merespon, tapi aku melihat matanya melirik ke arah Caera, dan dia sepertinya memikirkan kembali apa pun yang akan dia katakan. Akhirnya, dia hanya berkata, “Cukup.”
Aku menatap mata tajam Scythe, dia tidak lagi tersenyum. "Apa yang kau inginkan dariku sekarang, Seris?"
“Hal yang sama yang selalu aku inginkan.” Dia berbalik menghadap jendela. Di combat-field, lusinan budak sedang membersihkan kekacauan yang disebabkan oleh serigala bertaring hitam. “Untuk melihat potensimu tumbuh.”
Scythe melayang ke kursi dengan malas sambil menunjuk kami untuk duduk di sofa di seberangnya. Caera
tidak ragu untuk memenuhi permintaan mentornya yang tak terucapkan. Aku
pindah ke belakang sofa, bukannya duduk, malah meletakkan tanganku di
senderan sofa yang empuk.
“Berbicara tentang potensi,” kata Seris, fokusnya ke dadaku, “Caera memberitahuku bahwa kau telah menukar kemampuan memanipulasi manamu dengan kemampuan aether misterius yang bahkan dia tidak mengerti.” Caera bergerak tidak nyaman mendengar kata-kata Seris. “Bagaimana ini bisa terjadi? Aku harap hadiah terakhirku kepadamu tidak sepenuhnya sia-sia, bukan?”
'Mana Uto tidak sia-sia sama sekali, jika kau bertanya padaku,' Regis berbicara dalam pikiran dengan mental yang setara dengan membiarkan lidahnya terkulai puas dari mulutnya.
“Cederaku
saat perang adalah bencana besar,” jawabku, tubuhku kesemutan ketika
aku mengingat bagaimana rasanya hancur karena penggunaan beast-will tahap tiga dari Sylvia dengan berlebihan. “Tapi aku harus beradaptasi.”
“Ya, yah, itu pasti sesuatu yang tidak bisa aku prediksi,” katanya dengan suara kecil, lebih ke dirinya sendiri daripada ke Caera atau aku.
"Apa
yang kau inginkan dariku?" Aku bertanya lagi, kali ini lebih tegas.
Kecurigaan tiba-tiba muncul padaku, dan aku menambahkan, “Apa kau
menggiring ku ke sini? Ke Victoriad?”
Bibir Seris yang
berwarna terangkat. “Aku akui, aku sangat sedih melihatmu bekerja dengan
jabatanmu di universitas itu begitu lama. Seorang profesor, benarkah?”
Dia menatapku tidak setuju, seolah-olah aku peduli dengan apa yang dia
pikirkan tentang tindakanku di Alacrya. “Seperti yang ku katakan, bisa diprediksi. Tapi kau juga benar, aku memang mengatur agar kelasmu ada di sini.”
"Kenapa?" aku bertanya, mencoba mendapatkan informasi baru selain hal-hal yang sudah ku ketahui.
"Karena
aku ingin mengingatkanmu siapa kau sebenarnya, dan apa yang
dipertaruhkan," katanya, suaranya berat dengan otoritas, perubahan nada
yang tajam dari percakapan kami sebelumnya. “Untuk itu, aku telah
mengatur kehadiranmu di sini untuk menanyakan sesuatu darimu. Anggap
saja itu seperti membayar utangmu padaku. ”
"Utang?" Aku
bertanya, tidak yakin aku akan suka dengan rencananya. “Jadi kau tidak
hanya membantuku karena kebaikan hatimu? Mengejutkan…”
Caera
berbalik perlahan, menatapku dengan mata seukuran bulan purnama.
Rahangnya terkatup rapat hingga aku pikir giginya mungkin akan retak.
Seris, bagaimanapun, hanya menyesuaikan dirinya agar lebih nyaman. “Aku ingin kau menantang Cylrit dan menjadi retainerku.”
Ini sepertinya terlalu berlebihan untuk Caera,
yang mulutnya terbuka karena terkejut. Dia tidak sengaja merusak
topengnya, mematahkan talinya, dan membiarkannya jatuh ke sofa di
sampingnya. “Sebenarnya apa yang terjadi sekarang?”
Aku menyembunyikan keterkejutanku sendiri di bawah seringai masam. "Dan apa yang ku peroleh dari melakukan itu?"
"Aku
akan menganggap itu adalah pertanyaan retoris, karena kita berdua tahu
alasanmu di sini," katanya, nadanya seperti hakim yang memberikan
putusannya.
"Katakan padanya, menantang Scythe atau tidak sama sekali," kata Regis. "Kita tidak akan menjadi pemain latar bagi siapa pun."
“Kau tidak ingin aku menjadi retainermu,”
tebakku, dengan cepat mempertimbangkan berbagai tujuan yang bisa dia
incar dengan tindakan ini. "Kau ingin aku menarik perhatian."
Dia mengangguk, hanya sebentar menundukkan kepalanya yang bertanduk. “Dengan mengalahkan Cylrit dan kemudian menolak posisi retainer, kau akan mengungkapkan pesan yang sangat jelas.”
Agrona tahu aku di sini, aku menyadari dengan sangat pasti, bertanya-tanya apakah Seris
mungkin yang memberitahunya sendiri. Lagi pula, kepada siapa lagi dia
harus mengirim pesan. Tapi dia sudah memiliki apa yang dia inginkan, dan
dia tidak peduli lagi padaku.
Kesadaran ini mengejutkanku seperti petir. Selama ini di Alacrya, aku selalu berasumsi dia akan menjadikanku prioritas jika dia mengetahui bahwa aku selamat dari pertarunganku dengan Nico dan Cadell. Aku khawatir para Scythe akan menendang pintu kelasku atau menghujani api dan besi hitam di Windcrest Hall saat aku tidur.
Tetapi untuk mengetahui Agrona telah mengetahui bahwa aku tidak hanya selamat tetapi juga tinggal di tanahnya sendiri, dan dia tidak peduli ...
Aku tidak paham, dengan tindakannya.
'Jika Agrona tidak menganggap kita ancaman, itu perhitungan tololnya sendiri yang salah,' ungkap Regis sambil menggeram. 'Tetapi jika dewi bertanduk di sana ingin kita mengekspos diri kita sendiri ...'
Kenyataan ini membuat seluruh rencanaku dipertanyakan. Sementara Agrona mengetahui aku masih hidup — dan di mana aku berada — tidak terlalu bagus, Regis
ada benarnya. Mengabaikanku adalah kesalahannya, kesalahan yang dengan
senang hati aku manfaatkan. Tetapijika aku menarik perhatiannya
sekarang, menunjukkan padanya kekuatanku sebelum aku cukup kuat...
“Rencana itu tampaknya buruk bagiku, dan aku juga tidak yakin apa untungnya bagimu,” aku menghindar, penasaran seberapa lama Seris akan menyerah dengan rencananya sebelum dia membuatku mengkonfirmasi niatku.
"Oh,
ayolah, gunakan pikiran pintarmu," dia bersikeras, otoritas yang
menekan hilang dari suaranya, yang kembali menjadi ringan dan menggoda.
"Berapa lama kau berencana untuk lari dan bersembunyi?"
Duduk di depanku, Ceara
tetap diam, meskipun dia masih mengerutkan kening bingung, dan aku bisa
melihat mesin di kepalanya berputar saat dia berjuang untuk memahami
percakapan.
Berdiri tegak, aku menatap Scythe. "Aku tidak akan menantang Cylrit."
Mulut Seris menipis menjadi garis keras.
"Tapi
aku akan tetap membantu rencanamu," lanjutku, membuat keputusan hanya
saat aku mengucapkan kata-kata itu dengan keras. "Akan menarik perhatian
yang lebih besar, dan sangat jelas."
Seris menegakkan
tubuh, lalu berdiri. Meskipun dia sedikit lebih pendek dariku, ketika
dia menatap mataku, rasanya seperti dia meremehkanku. “Aku lebih suka
jika kau memberi tahuku apa yang akan kau lakukan. Aku mungkin bisa
membantu.”
"Ayolah, Seris," kataku, meniru ekspresi menggoda yang sama yang dia pakai beberapa saat yang lalu, "gunakan pikiran pintarmu."