Langsung ke konten utama

Novel The Beginning After The End Chapter 338 (Bag 1) Bahasa Indonesia

 


Bab 338: Senjata Melawannya (Bag 1) 

CAERA DENOIR

Burung-burung malam berkicau pelan dari puncak pohon saat aku berjalan-jalan di kebun di luar Central Dominion estate milik Corbett dan Lenora, menikmati sejenak waktu senggang yang singkat setelah makan malamkeluarga— dengan keadaan yang canggung dan tegang karena Grey tidak datang.

Tapi, aku tahu dia tidak akan datang, yang aku coba jelaskan kepada Highlord dan Lady. Gray pasti telah menyadari niat mereka yang tidak bijaksana untuk memanfaatkannya. Bagaimanapun, mereka mengutus Lauden di antara yang lain ke High Hall (Aula Pengadilan Tinggi) untuk mengakhiri persidangan curang itu.

Menendang biji kering besar yang jatuh dari sebuah pohon, aku menyaksikannya memantul di jalan setapak lalu jatuh ke rerumputan yang lebih tebal di bawah pepohonan. Sesuatu yang kecil dan cepat bergerak dalam kegelapan senja, berlarian melalui semak-semak.

Meskipun aku tahu Gray tidak akan datang, aku masih saja kecewa, sebuah emosi yang membuatku lebih frustrasi. Sudah tiga minggu, tetapi aku masih berjuang untuk menerima perasaanku tentang pria itu, atau apa yang aku inginkan darinya.

Mungkin aku harus bertanya pada diri sendiri: apa yang diinginkan Gray dariku?

Aku menghela napas dalam-dalam ke udara malam yang hangat saat aku merenungkan pertanyaan itu.

Suara langkah-langkah lembut berderak di jalan kerikil memperingatkanku bahwa seseorang sedang mendekat. Aku membuat lapisan mana yang melekat erat pada kulitku dan mencari di kegelapan. Tidak mungkin aku akan diserang di sini, hanya High Sovereign yang tidak takut bertindak bebas.

Tepat saat aku selesai memikirkan itu, udara berderu di belakangku, dan bayangan panjang menyatu dari ketiadaan membentuk sesuatu, berayun ke arah leherku. Aku merunduk di bawah serangan itu, dan melanjutkan reaksi dengan menyampingkan badanku  bayangan itu mendesis melewati telingaku.

Pedang merahku sendiri sudah di tanganku dan terbakar dengan soulfire hitam dalam sekejap, tapi aku tidak bisa merasakan siapa pun di pepohonan, tidak bisa menentukan asal serangan bayangan yang hampir memenggal kepalaku.

Artinya, hanya satu orang yang melakukannya.

Berputar, aku membawa pedang panjangku dengan lengkungan lebar di atas kepalaku, api hitam menyebar darinya dengan kekuatan penghancur yang kuat. Ada pergerakan tepat di sebelah kananku, tetapi saat aku menyerangnya dengan serangan pendek dan tajam, dia menghilang, dan tiba-tiba sebuah pisau pendek tajam dari mana hitam murni sudah ditekan di samping leherku.

“Ck, ck,” kata Scythe Seris, muncul seolah-olah dari bayangannya sendiri. "Jika aku seorang pembunuh, kau akan—"

Soulfire menyebar dari pelindungku dan menjalar ke tepi pedangnya. Dengan cepat, dia membiarkan senjata mana itu menghilang, tapi soulfire yang masih melayang di udara di antara kami mengembun menjadi panah yang berkedip-kedip dan meluncur ke tenggorokannya.

Dalam sekejap, kabut energi gelap mengepul di sekelilingnya. Seranganku menghilang saat aura itu dengan lapar melahap manaku.

“Kontrolmu atas soulfire berkembang dengan baik,” katanya. “Tampaknya Gray yang misterius itu telah mendorongmu ke tingkat yang lebih tinggi.”

Aku menyimpan senjataku, mengalihkan pandanganku ke kerikil di kaki kami. “Kau memberiku terlalu banyak pujian,” jawabku datar, mengabaikan rona merah di pipiku karena ejekan Scythe Seris. “Berkat pelatihan dan bimbinganmu, aku telah mencapai level ini.”

Dia memutar matanya dengan sinis dan berbalik, rambutnya—biasanya berwarna seperti mutiara, tapi sekarang menjadi seperti warna batu kecubung gelap dalam cahaya redup—bergerak berputar mengikutinya. “Kau tidak pernah menjadi seorang kiss-ass (penjilat), Caera. Itu salah satu hal yang paling ku sukai darimu. Jangan sampai begitu.”

Menggigit bibirku agar tidak tersenyum, aku mengikutinya saat mentorku berjalan lebih dalam ke pepohonan. "Aku tidak menyangka kau datang malam ini, Scythe Seris."

“Aku akan pergi ke suatu tempat sebentar. Aku hanya ingin kau tau.”

"Ke benua lain lagi?" tanyaku, mengatupkan kedua tanganku ke belakang. “Apa kau akan—”

"Ya," katanya, suaranya rendah dan berat. “Untuk jawaban kedua pertanyaan itu. Tapi sekarang bukan waktunya, Caera.”

Kami berjalan tanpa kata selama satu atau dua menit saat pikiranku beralih ke perang. Keluarga Denoir adalah salah satu dari sedikit Hughblood yang tidak mengambil tanah di hutan ajaib di Dicathen. Bintang dari Corbett dan Lenora telah meningkat lebih tinggi saat begitu banyak blood lainnya menderita, beberapa dimusnahkan seluruhnya oleh kehancuran tak terduga di sana.

Orang tua angkatku telah mengirim cukup banyak tentara untuk berperang, tentu saja. Itu akan membuat mereka terlihat lemah untuk menghindari pertempuran, bahkan jika itu adalah pilihan. Tetapi ketika Corbett telah melihat blood ternama, dan lebih dari beberapa highblood, berlomba untuk mengambil tanah terbaik dan budak-budak di Dicathen, dia hanya membalas kegirangan mereka dengan senyum tenang, bersikeras, "Alacrya sudah memiliki semua yang dibutuhkan Denoir."

Waktu, ternyata, telah membuktikan dia bijaksana, meskipun aku benci mengakuinya. Pasti akan menghancurkan hati orang tua angkatku jika Lauden sibuk membangun perumahan untuk Denoir ketika para asura menyerang.

“Tampaknya persidangan Ascender Grey cukup menjadi tontonan,” kata Scythe Seris untuk memecah kesunyian.

“Seharusnya itu masalah yang mudah untuk diselesaikan,” kataku dengan nada getir. “Jujur, memalukan mengetahui bahwa sistem hukum kita bisa di curangi secara dramatis.”

Scythe Seris menanggapi dengan tawa yang elegan. “Para highblood sudah dari generasi ke generasi membengkokkan sistem demi keuntungan mereka, sedemikian rupa sehingga sebagian besar dari kalian hampir tidak menyadarinya lagi. Kau terkejut menjadi bukti ketidak tahuanmu.”

Mempercepat langkah untuk berjalan di sampingnya, aku bertemu mata dengannya. "Mengapa Sovereign tidak bertindak?"

"Pertanyaan yang lebih tepat adalah, untuk apa mereka harus bertindak?" dia bertanya, satu alis terangkat. “Mereka telah dengan hati-hati membuat sistem di mana kemurnian blood adalah yang terpenting, bukan? Mereka membiarkan orang-orang highblood membunuh, selama itu tidak mengganggu skema yang mereka buat. Tidak, sebenarnya, Sovereign tidak terlalu peduli tentang apa yang dilakukan oleh golongan kecil, asalkan itu dilakukan dengan rasa hormat yang sesuai terhadap masing-masing penguasa wilayah.”

Scythe Seris membuka mulutnya untuk terus berbicara, lalu menatapku dengan tajam. “Halfblood kecil yang cerdik. Kau membuatku mengubah topik. ”

Aku menegakkan tubuh, sontak tegak seperti sedang dalam parade militer. “Kau hanya menggodaku lagi. Kita berdua tahu kau tidak akan memberi tahuku apa yang kau ketahui tentang Grey, jadi aku tidak akan bertanya.

Ini menimbulkan tawa halus lainnya dari mentorku. “Jika kau ingin dia memercayaimu—benar-benar memercayaimu—ini adalah pengetahuan yang harus kau peroleh sendiri, Caera. Aku tidak akan memberimu petunjuk apa pun.”

“Tapi kau ingin aku tetap dekat dengannya? Kau sudah mengisyaratkan sebanyak itu.” Aku menjaga perhatianku lurus ke depan, tapi aku bisa merasakan dia memperhatikanku. "Apa aku akan menjadi mata-matamu, Scythe Seris?"

"Benar," dia menegaskan. “Tapi jangan berpikir bahwa kau mengkhianatinya. Lagipula, bocah itu berhutang banyak padaku.”

Aku berhenti karena mendengar suara langkah-langkah berderak berat yang bergerak cepat di sepanjang jalan di belakang kami. Percakapanku dengan Scythe Seris hanya membuatku semakin bingung dan pusing dengan situasi ini, sehingga aku cukup lega karena interupsi itu.

Mentorku dan aku menyaksikan sosok pelayanku, Nessa, muncul dari kegelapan.

“Nyonya Caera, aku—”

Mata Nessa melebar lucu ketika dia melihat sang Scythe bertanduk di sampingku, dan gadis malang itu sontak berlutut di kerikil di kaki kami. “Tolong maafkan saya, Scythe Seris Vritra! Saya tidak menyadarinya!"

Mentorku memandang dengan angkuh ke arah petugas yang ketakutan. "Lebih hati-hati lagi kedepannya!" Terlepas dari nada suaranya, aku bisa melihat kedutan yang nyaris tak terlihat di sudut bibirnya. Kemudian, tanpa sepatah kata pun, dia berbalik, dan menghilang ke dalam malam.

“Kau bisa bangun sekarang, Nessa,” kataku.

Dengan gemetar, pelayanku merangkak berdiri. “Lady Caera, sekali lagi, saya tidak tahu, saya minta maaf untuk—”

Aku mengabaikan permintaan maafnya. "Tidak penting. Aku hanya bisa berasumsi bahwa orang tua angkatku mengutusmu?

Napas Nessa yang cepat dan terengah-engah melambat, dan dia melipat tangannya di depannya dan mengatur ulang fitur wajahnya menjadi ekspresi yang tidak terlalu ketakutan. Akhirnya, setelah berdeham, Nessa berbicara lagi. "Ya, Lady, Anda ... Anda harus segera bertemu orang tua Anda di ruang kerja highlord. Butuh beberapa menit untuk menemukanmu, jadi sebaiknya Anda langsung pergi.”

Suara teriakan keras dari dekat membuat Nessa melompat, dan dia melangkah lebih dekat ke arahku. "Sebaiknya kita berdua pergi," gumamnya, melotot ke pepohonan yang gelap.



Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas.
 
Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang Ink!