Novel The Beginning After The End Chapter 341 (Bag 1) Bahasa Indonesia



Bab 341:  Abu dan Asap (Bag 1) 

ALDIR

Abu dan asap.

Semuanya— pohon, binatang, semua makhluk yang disebut lesser—dalam radius ratusan mil, telah berubah menjadi abu dan asap. Ini adalah kekuatan asura. Aku memeriksa lingkungan tandus untuk mencari apa pun, tanda kehidupan atau setitik mana, yang mungkin lolos dari seranganku.

Tapi tidak ada apa-apa.

Langkahku menapaki permukaan tanah yang rusak di gurun yang dulunya Elenoir. Bahkan tanahnya tidak kokoh, bisa runtuh kapan saja.

Aku adalah seorang prajurit, melakukan tugasku dan mengikuti perintah tuanku. Hutan yang hangus ini seharusnya menanamkan rasa bangga pada diriku, mengetahui bahwa aku telah memberikan pukulan telak terhadap musuh-musuh kami. Namun kebanggaan, bukanlah emosi yang ku rasakan saat melihat pemandangan suram ini. Tidak sedikitpun.

Ketika aku dikirim untuk membunuh Greysunders, aku melakukannya tanpa ragu-ragu. Tidak ada kebanggaan—karena seseorang tidak merasa bangga dengan membunuh nyamuk-- juga tidak ada rasa kasihan atau penyesalan. Itu hanya tindakan yang diperlukan dalam perang, melenyapkan dua mata-mata musuh.

Ketika Lord Indrath menjelaskan apa yang akan terjadi pada Elenoir,…

......

“Aku tidak bisa lagi duduk diam sementara Agrona memperluas kendalinya terhadap lesser. Kedamaian Alacrya adalah bentuk pengorbanan yang ku lakukan, membiarkannya tetap sibuk dengan keturunan dan eksperimennya, tetapi perluasan liarnya ke Dicathen tidak akan ditoleransi, terutama sekarang karena entah bagaimana mereka berhasil menciptakan senjata dari kekuatan asing melalui reinkarnasi.

Dicathen hanyalah batu loncatan menuju Epheotus, dan aku menolak untuk membiarkan ular pengkhianat itu memperluas kekuasaan hingga ke sini. Selama beberapa generasi, kami telah bekerja untuk membuat Dicathen mampu melawan Agrona, tetapi mereka gagal. Kami tidak akan mengorbankan diri untuk menjaga mereka tetap hidup.

“Yang akan kami lakukan adalah mengirimkan pesan yang tidak bisa diabaikan oleh Agrona. Dia sejauh ini menggunakan lesser sebagai perisai, menggunakan hidup mereka untuk melindungi nyawanya sendiri. Tidak lagi. Jika pilihannya adalah antara memberinya kekuatan untuk melawan kami atau menghancurkan dunia, maka aku akan memilih membakar dunia.”

Windsom adalah yang pertama melangkah maju, membungkuk begitu rendah sehingga dia bisa mencium sepatu Lord Indrath. “Aku menjadi sukarelawan untuk kehormatan ini, my Lord. Aku akan melakukan serangan pertama.”

Lord Indrath tidak tersenyum, tetapi ada cahaya kemenangan di matanya. “Kau akan terus melakukan peranmu sebagai pemandu dan pelindung, Windsom, tetapi kau tidak perlu mengayunkan kapak. Tidak, hanya ada satu di antara kita yang mampu menggunakan teknik World Eater.”

Teknik rahasia dari klan Thyestes adalah Mirage Walk, sebuah kemampuan yang membuat kami menjadi petarung yang tak tertandingi, tetapi dahulu kala, ketika asura sering berperang satu sama lain, kami memiliki teknik lain, yang sangat kuat sehingga dilarang untuk digunakan saat Great Eight terbentuk, dan tidak lagi diajarkan, kecuali untuk satu siswa di setiap generasi.

Yang membuatku menjadi satu-satunya anggota klan Thyestes yang masih hidup dengan kekuatan yang dibutuhkan Lord Indrath.

Teknik World Eater memungkinkan caster untuk menyalurkan mana dalam jumlah yang luar biasa, memadatkannya sampai partikelnya mulai meledak, menyebabkan reaksi berantai yang akan menyebar ke mana di atmosfer dan berlanjut sampai si caster memutuskan reaksi berantai darinya, menghasilkan kehancuran yang tak tertandingi.

“Teknik ini dilarang, Lord Indrath,” salah satu pemimpin klan Thyestes bersikeras dengan marah. “Pengetahuan tentang World Eater tetap diwariskan sehingga klan kita tidak akan pernah melupakan kengerian atas kekuatan yang tak terbatas—”

“Inilah waktu yang tepat untuk menggunakannya, teknik ini hanya diajarkan kepada satu pewaris berbakat dari klanmu sejak dahulu kala untuk digunakan di saat tertentu, seperti yang pernah ku katakan, jika kau ingat.”

Meskipun ada gerutuan dari klanku, tidak ada orang lain yang menantang Lord Indrath saat dia memanggilku untuk berdiri di samping Windsom.

“Jenderal Aldir, aku memanggilmu sekarang untuk membuktikan kesetiaanmu. Kau dan Windsom akan melakukan perjalanan ke Dicathen, ke tanah hutan Elenoir, dan menemukan Alacryan Scythe Nico dan putri elf Tessia Eralith—atau tubuh fisiknya—dan mengaktifkan teknik World Eater. Berikan pesanku kepada Agrona, dan rampas senjata barunya.”

Pada saat itu, aku merasakan sesuatu di dalam diriku retak, sesuatu yang ku pikir tidak akan tergoyahkan yaitu pondasi di mana seluruh hidupku ku abdikan sebagai pelayan klan Indrath yang setia.

Aku berlutut — mendengar sebuah perintah yang aku tahu salah, tetapi menolak akan mempertaruhkan masa depan seluruh klanku. Lord Indrath tidak akan ragu untuk mengangkat salah satu dari klan yang lebih rendah seperti klan pantheon ke dalam Great Eight, dan mengutuk klan Thyestes …

Meski begitu, kegagalan kami untuk menghancurkan reincarnate (orang yang bereinkarnasi) telah menarik kemarahan Indrath. Kami tidak menyangka bahwa mereka memiliki metode untuk berteleportasi dengan cepat, dan Windsom mencoba menenangkan amarahnya. Namun, tetap saja, lord sangat marah padaku.

....

Jangan murung, Aldir, kataku pada diri sendiri. Sifat itu tidak pantas ada pada Thyestes.

Jari-jariku terus menelusuri lapisan tebal debu hitam, dan aku melihat ke sekeliling: arang pohon, puing-puing rumah yang runtuh, bahkan tulang yang hangus. Jutaan nyawa yang telah kupadamkan.

Teknik World Eater tidak meninggalkan apa pun, tidak ada tanda-tanda bahwa tempat ini dulunya adalah hutan indah yang dihuni oleh jutaan elf. Benar-benar hancur.

Tidak, masih ada sesuatu di sini, pikirku, mengintip ke udara yang berkabut seolah berharap bisa melihat partikel ungu dari aether yang tersuspensi di kepulan abu dan asap. Meskipun aku tidak bisa melihatnya, aku tahu itu ada di sana, di sekitarku, tidak terganggu bahkan oleh teknik World Eater. Pikiran itu memberiku kedamaian sesaat.

Dua sosok mendekat dari kejauhan, menyadarkanku dari lamunan. Bahkan ketika mereka tiba, aku tidak berdiri, tidak menoleh untuk melihat mereka. Aku hanya mengambil segenggam abu dan membiarkannya terbang melalui jari-jariku, tertiup angin.



Credit to Tapas as original english publisher. Support author dengan baca dan subscribe versi inggrisnya di tapas.
 
Suport admin:
Gabung ke Tapas menggunakan invite code AMIR280K untuk mendapatkan sekaligus menyumbang Ink!
 



 


Commento

Postingan populer dari blog ini

Novel The Beginning After The End Chapter 345 (Bag 1) Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 445 Bahasa Indonesia

Novel The Beginning After The End Chapter 298 (Bag 4) Bahasa Indonesia